Teddy Bear Harapan Karya Ni Putu Lusi Parwini

Info Populer 2022

Teddy Bear Harapan Karya Ni Putu Lusi Parwini

Teddy Bear Harapan Karya Ni Putu Lusi Parwini
Teddy Bear Harapan Karya Ni Putu Lusi Parwini
TEDDY BEAR IMPIAN
Karya Ni Putu Lusi Parwini

Sepulang sekolah saya selalu melewati sebuah pertokoan besar di akrab sekolahku. Toko itu menjual buku, baju, perhiasan, masakan dan juga mainan. Teman-temanku juga sering berbelanja disana.

“Mel, ayo ikut aku.” ajak Nina yang lebih dahulu memasuki Toko. Aku pun mengikutinya. Diantara sekian banyak barang yang terpajang, Aku tertarik pada sebuah boneka tedy bear yang berwarna cokelat.
“Mel, kau mau beli boneka itu ya?” tanya Nina.
“Tidak kok Nin. Uangku belum cukup.” jawabku. Aku memang mengagumi boneka itu, tetapi kondisi keluargaku yang tergolong tidak bisa menciptakan saya enggan membelinya. Ayahku seorang sopir angkutan umum dan ibuku seorang penjual camilan manis keliling. Uang yang didapatkan oleh orang tuaku hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.saja. Sedangkan untuk membeli boneka itu saya memerlukan uang Rp. 95.000,- Angka yang cukup besar untukku.
“Ya sudahlah Mel saya membeli ini saja.” ucap Nina dengan membawa boneka Barbie menuju kasir. Aku hanya mengangguk tersenyum. 

Suatu hari saya melihat seorang ibu yang kerepotan membawa barang belanjaan dari pertokoan besar itu. Aku tiba menghampirinya dan memperlihatkan bantuan.

Teddy Bear Impian Karya Ni Putu Lusi Parwini

“Bisa saya bantu Bu.” ucapku.
“Oh iya. Terima kasih ya Nak.” jawab Ibu itu. Aku membawa beberapa tas belanjaannya menuju parkiran. Ibu itu berhenti di depan sebuah kendaraan beroda empat sedan mewah. 
“Tolong ditaruh di kendaraan beroda empat ya.” pinta Ibu itu. Aku pun menaruh semua barang belanjaan di mobil. 
“Siapa namamu Nak? Oh iya, kau bisa memanggil saya Tante Bela.” tanya Ibu itu sambil mengulurkan tangan.
“Saya Amel Tante. Kebetulan rumah saya akrab sini.” jawabku.
“Oh iya, sekali lagi terima kasih ya Nak. Mau tante antarkan pulang?” tawar Tante Bela.
“Tidak, terima kasih Tante. Rumah saya sudah dekat, cukup jalan kaki saja.tante.” tolakku.
“Baiklah Mel terima ini ya sebagai upah kau sudah membantu Tante.” kata Tante Bela sambil memberiku sejumlah uang.
“Tidak usah Tante. Terima kasih banyak. Aku nrimo kok Tante. Ibuku selalu mengajarkan supaya tidak mengharap akibat apapun ketika menolong orang lain.” ucapku lagi.
“Kamu memang anak baik Nak. Terima kasih ya. Oh ya nanti jikalau ketemu lagi Tante ingin kenalkan kau dengan anak tante yang kira-kira seumuran dengan kamu. Tante tinggal dulu ya Nak.” ucap Tante Bela kemudian sebelum kendaraan beroda empat Tante Bela membawanya pergi. 
“Mel, boneka ini anggun tidak?” tanya Nina ketika kami mampir lagi ke toko itu.
“Bagus kok Nin. Dibeli saja. Aku ke sebelah sana ya.” ucapku sambil melangkah menuju lemari kawasan boneka teddy bear dipajang. Kosong. Boneka impianku tidak berada di tempatnya lagi. Mungkin saja telah ada yang membelinya. Aku kembali menuju ke arah Nina berada dengan wajah lesu dan berkata.
“Nin, tampaknya saya tidak bisa memiliki boneka itu, alasannya yaitu sudah terjual.”
“Ya sudahlah Mel. Nanti kau niscaya menerima gantinya Mel. Ayo main di rumahku. Kita main boneka bareng. Aku punya banyak koleksi.” ajak Nina.
“Ayo.” jawabku.

Kami pun tiba di rumah Nina. Rumah Nina jauh berbeda dengan keluargaku yang sederhana. Rumahnya besar dan bagus. Dia lebih beruntung alasannya yaitu keluarganya sudakh berkecukupan. Papa Nina yaitu seorang manajer di sebuah perusahaan. Sedangkan Mama Nina seorang designer artis terkenal. Walaupun hidup kami jauh berbeda, tetapi Nina tetap baik denganku. Orangtua Nina selalu sibuk bekerja, tidak mengherankan apabila rumah Nina selalu sepi. Meskipun saya sering bermain di rumah Nina, tetapi saya tidak pernah bertemu orangtuanya. Hanya Bik Inah, pembantunya yang sering kutemui. Bik Inah selalu menyediakan cemilan dan the setiap saya berkunjung.

“Ting Nong.” bunyi bel rumah Nina berbunyi. Bik Inah pun membukakan pintu.
“Nina sayang, Mama pulang.” Ucap Mama Nina ketika memasuki rumah. Nina pun keluar kamar hendak menghampiri Mamanya. Ketika saya melihat wajah Mama Nina, tampaknya saya telah mengenalnya.
“Waduh, kau mengajak sahabat ya Nin. Sepertinya tante pernah bertemu kau di toko akrab sekolah Nina tempo hari.” kata Mama Nina. Ya, tidak salah lagi Mama Nina yaitu Tante Bela yang kubantu waktu itu.
“Iya Tante. Ternyata Tante , Mamanya Nina ya.” jawabku.
“Oh Mama kenal Amel ya. Amel itu sahabat sekelasku.” ujar Nina pada Mamanya.
“Iya sayang. Tunggu ya Nak Amel. Jangan pulang dulu. Tante mau memberimu sesuatu.” ucap Tante Bela sambil mengambil sesuatu dari lemari. Kemudian kembali dengan sebuah kotak yang diberikan kepadaku dan berkata.
“Diterima ya Nak Amel. Anggap saja ini hadiah alasannya yaitu kau sudah membantu tante tempo hari.” Aku mengambil kotak itu dan menjawab.
“Terima kasih ya Tante.” Aku membuka kotak itu dan saya terkejut melihat isinya. Sebuah bonek tedy bear yang sangat saya mimpikan. Terima kasih Tuhan, saya sangat bersyukur.

Profil Penulis:
Nama        : Ni Putu Lusi Parwini
Alamat        : Jl. Bukittinggi, Beringkit Gadon, Beringkit, Mengwitani, Badung, Bali
Kode Pos                : 80351
No telepon                : 085646951720
Hobi        : Membaca Cerpen

Advertisement

Iklan Sidebar