DEAR MR. O
Karya Ni Putu Lusi Parwini
Ketika sang surya mulai menuju ke ufuk barat, saya masih saja berjibaku dengan laptopku. Masih ada sedikit kerjaan yang perlu kurampungkan.
“Tutup saja dulu laptopmu Lis, udah waktunya pulang tau.” tegur Sisi.
“Haha Lis Lis, kau itu kerja apa stalking mantanmu lagi. Udahlah cari yang lain aja. Tuh pegawai gres yang di tata perjuangan tidak mengecewakan gantenglah. Daripada sibuk nggak terperinci gitu, kan ada yang nemenin kamu.” goda Anisa yang membuatku tertegun. Aku memang telah putus dengan pacarku beberapa bulan yang kemudian alasannya ialah beliau telah meninggalkanku dengan wanita lain. Tidak terbersit sedikitpun keinginanku untuk menjalin hubungan gres lagi. Aku pun tersenyum.
“Nanti sajalah dulu Nis haha.” jawabku sembari ikut tertawa sambil merampungkan kerjaku sebelum beranjak pulang.
“PING”. Ponselku berbunyi membuktikan sebuah BBM (blackberry messanger) masuk. Aku membuka pesan itu. Pesan dari seorang pria yang namanya begitu familiar. “Agus Prawira.” Nama itu sama menyerupai nama pegawai gres di penggalan tata perjuangan tempatku bekerja. Ah, tidak salah lagi ini niscaya kerjaan Anisa, pikirku.
“Boleh kenalan nggak.” Pesannya lagi.
“Boleh, Kamu Agus yang di TU kan?”
“Iya.” Jawabnya. Tuh kan benar, tebakku.
![]() |
| Dear Mr. O Karya Ni Putu Lusi Parwini |
“Pasti Anisa yang ngasi pin bbku ke kau kan?” tebakku. Kali ini beliau cukup usang membalas pesanku. Nah, benar kan Anisalah yang mengerjaiku.
“Bukan Bukan saya temen pacar adikmu. Temen SMKnya Agus Yoga.” Jawabannya kemudian yang menciptakan saya terkejut. Ternyata saya telah salah sangka.
“Sorry deh Gus, kirain temenku yang iseng.”
“Oh ya nggak apa-apa Lis, alasannya ialah banyak yang namanya Agus panggil aja saya Oki.” Balas pria itu yang menciptakan saya tertawa. Panggilan yang lucu bagiku, mengingatkanku pada tokoh kartun kurcaci waktuku kecil. Kami pun terus saling membalas BBM.
Suatu hari beliau mengirim pesan bahwa beliau mampir di daerah kerja temannya yang kebetulan satu jalur dengan rumahku. Dia berniat sekalian mampir. Sebenarnya saya belum berani mengajak seorang pria ke rumah sehabis putus dari mantanku. Terlebih lagi orangtuaku masih kecewa dengan pengkhianatan mantanku. Kaprikornus saya pun memutuskan untuk pergi ke Alfamart bersahabat rumahku untuk membeli pulsa listrik. Sesampainya di Alfamart, beliau chat bahwa ia ingin mampir ke rumah.
“Aku lagi di Alfamart Ki, tunggu ya.” Balasku.
“Tunggu di Alfamart aja Lis, saya aja kesana.”Balasnya lagi. Di daerah itulah saya dan beliau bertemu untuk pertama kalinya. Wajahnya tidak jauh beda dengan yang di foto profil BBM. Lumayan tampan dan memesona bagiku. Senyuman pertamanya itu yang benar-benar manis. “Aih, ada apa denganku?” benakku. Dia mengajakku duduk di formasi bangku di depan Alfamart. Dia mulai membuka pembicaraan ihwal kerjaan dan mulai menyinggung mengenai mantannya. Aku gres tahu ternyata nasib kami sama, beliau juga telah ditinggalkan pacarnya. Hanya penyebabnya saja berbeda, beliau ditinggalkan alasannya ialah hubungan mereka tidak disetujui orang renta pacarnya. Aku tidak tahu mengapa saya malah merasa nyaman mengobrol dengannya.
Pertemuan berlanjut pada pertemuan kedua dan ketiga di rumahku. Dua hingga Tiga jam mengobrol dengannya tidak pernah terasa. Panggilan di chat pun mulai bermetamorfosis Om dan Tante. Hanya chat dirinyalah yang memenuhi kesunyian ponselku.
“Lis, Kamis saya libur lho. Kebetulan juga tanggal merah pas hari kemerdekaan Indonesia. Boleh saya mengajakmu jalan.” Chatnya suatu hari tepat beberapa hari sebelum tanggal 17 Agustus 2017
“Boleh kemana?”
“Haha nanti aja pas ketemu aja kita tentukan. Kalau direncanain takutnya nggak jadi lagi.”
“Ok deh.”
“Cie yang nunggu hari kamis.” Goda Oki yang membuatku deg-degan tidak karuan. Aku juga tidak mengerti hatiku seakan mengiyakan apa yang ia katakan. Aku menunggu janjimu Ki.
Hari yang ia janjikan pun tiba, tetapi ponselku malah tak berbunyi bagai tak bernyawa. Sampai seharian beliau tidak ada kabar, saya mulai kebingungan. SMS, BBM, Line dan What’ap kuluncurkan tetapi masih nihil. Tidak biasanya beliau menyerupai ini. “Apakah beliau mulai bosan denganku atau beliau rahasia balikan lagi dengan mantannya?” batinku yang mulai gelisah tidak menentu. Tiga hari berlalu dan beliau masih tidak mengabariku. Aku tidak tahu harus melaksanakan apa. Mengapa perasaanku begini? Apakah saya mulai merasa kehilangan dirinya? Atau jatuh cinta padanya? tanyaku sendiri.
Dalam membisu saya pun mengambil sebuah kertas. Tanganku mulai menari menumpahkan semua rasa dihati kepada beliau yang entah berada dimana.
Dear Mr. O,Hai apa kabarmu disana? Ya kau Ki, Agus Prawira atau temen baruku atau kusebut kau Mr. O alasannya ialah kau mulai menghilang secara misterius. Aku tidak tahu mengapa saya menjadi gelisah sejak kau pergi dariku. Aku tahu saya bukanlah siapa-siapamu. Aku juga tidak mengerti mengapa saya mulai cemburu dan curiga apabila kau balikan lagi dengan mantan kekasihku. Aku benar-benar tidak mengerti dengan perasaanku sendiri Ki. Hatiku terasa kosong tanpamu. Seandainya kau tahu bahwa saya jatuh cinta padamu.Tetapi ya sudahlah jangan kau pikirkan perasaanku padamu, kumohon kembalilah.By : Lisa
Profil Penulis:
Nama : Ni Putu Lusi Parwini
Alamat : Mengwitani, Badung, Bali
TTL : Mengwitani, 22 September 1994
Hobi : Membaca cerpen dan novel
No. Telepon : 085646951720
Saya harap cerpen ini dimuat, maaf apabila ada kekurangan dari penyampaian kata dan maaf atas segala kekurang sempurnaan cerpen ini alasannya ialah saya masih pemula. terima kasih
Advertisement
