3 Cara Melihatnya Karya Salsamfrh

Info Populer 2022

3 Cara Melihatnya Karya Salsamfrh

3 Cara Melihatnya Karya Salsamfrh
3 Cara Melihatnya Karya Salsamfrh
3 CARA MELIHATNYA
Karya Salsamfrh

Teriknya matahari sangat menyengat kulitku. Namaku Melody Wijaya,  siswi kelas XII IPA 3 di salah satu Sekolah Menengan Atas di kotaku.  Biasa dipanggil Melody. 

Siang hari ini sungguh panas.  Bel pulang sekolah berbunyi,  saya pulang dengan berjalan kaki.  Tapi,  hari sangat panas dan saya tetapkan untuk mampir sebentar di toko buku bau tanah yang berada di ujung jalan itu.  Toko buku bau tanah itu peninggalan orang Cina.  Pemilik toko yang orisinil sudah usang meninggal,  dan kini yang mewarisinya yaitu turunan ke-5, yang mempunyai wajah menyerupai orang Cina. 

Di toko buku itu,  saya galau mau beli apa,  banyak kumpulan buku dan novel yang Bagus,  tapi,  entah mengapa saya tidak tertarik untuk membelinya. Sampai kesudahannya saya menghentikan langkah pelanku ke sebuah buku berwarna merah darah penuh bubuk di rak buku paling atas. Cover buku  itu berjudul "3 Cara Melihatnya "dan dibawah judul tersebut ada goresan pena "from K. G. Hostvi."

Aku semakin ingin tau dengan buku yang kuambil ini,  apa maksud dengan judul itu? Melihat apa? Ah, sudahlah.  Untuk memuaskan rasa penasaranku,  dengan sigap saya pribadi membayarnya ke kasir.

"Ko,  saya beli buku ini." Sambil ku acungkan buku itu ke penjual.
"iya,  mana?  Harganya 13.666,- ." dengan tatapan tajam tanpa tesenyum sedikit pun. 
"Ini ko, adanya 14.000,- kembalinya nggak usah ko, terimakasih." kataku sambil tersenyum,  tapi sedikit pun tidak dibalas,  hanya melamun dengan tatapan tajam.

****

Aku berlari keluar dari toko buku bau tanah tersebut.  Saat saya berjalan pulang,  menyerupai ada yang mengintaiku dari belakang, bulu kudukku bangkit semua dan saya benar-benar merinding, ku percepat lagi jalanku biar hingga cepat rumah. Sesampainya di depan rumah saya membuka gerbang rumahku dan kulihat kebelakang,  tak ada seorangpun yang ku kira ada yang mengikuti ku dari belakang. 

****

Pagi menyambut kembali.  Aku sudah hingga disekolah.  Kulirik jam tanganku,  ternyata masih jam 06.15 dan itupun hanya saya dan lima temanku yang gres datang.

Aku pun duduk dibangku paling depan sambil membaca buku yang kubeli kemarin. Ketika saya akan membuka plastiknya,  saya dikagetkan dengan bunyi dingklik jatuh di belakang kelas.  Aku pun berteriak kaget,  ternyata itu hanya kucing yang melompat ke jendela. Aku mulai berpikir aneh-aneh, alasannya mana ada yang berani duduk di dingklik itu.  Sejak semester satu, tak pernah ada yang berani berada disitu,  alasannya dulu katanya bila ada yang duduk disitu hidupnya akan penuh dengan kesialan. Tidak berhenti disitu,  saya mendengar lagi bunyi ketukan tangan dari arah meja itu. Ku beranikan diri untuk menengoknya,  "Hwaa" saya teriak kaget histeris melihat sosok perempuan berbaju putih,  berambut panjang,  dan tidak mempunyai pupil di matanya,  ia menatapku dengan senyuman sinis.  Aku pun tak besar lengan berkuasa melihatnya,  dan berlari keluar kelas.

"Braakk" saya menabrak seseorang.
"Lo kenapa dy? Hey,  tenang.  Ada saya disini." tanyanya menenangkanku.
"A.. Ada seseorang dibangku pojok kelas.  Gue takut,  Ka.  Dia menatapku dengan sinis. Hiks hiks hiks." jawabku terisak ketakutan.
"Mana? Ngga ada." tanyanya penasaran.
"Dari tadi gue ngga liat apa-apa,  Dy.  Padahal gue dikelas." kata seorang temanku.

Dan saya menatap dingklik itu dengan ketakutan.  Ternyata seseorang itu menghilang seketika.  
  
"Tapi,  tadi benar-benar ada seseorang di dingklik itu,  Ka. Percayalah." saya mencoba menciptakan Raka percaya padaku. 
"Udah lah, mungkin itu hanya halusinasi mu saja, jangan nangis. Nanti cantiknya ilang lhoo."ujar Raka, mencoba menenangkanku.

Raka yaitu sahabat kecilku,  semenjak saya kelas 3 SD hingga sekarang.  Dia yaitu seseorang yang selalu hadir disampingku apapun disituasinya.  Tapi,  kami tidak korelasi apa-apa.  Hanya sekedar sahabat,  tapi teman-temanku menganggap kami pacaran.

3 jam sudah kulewati dengan banyak sekali mata pelajaran.  Dan saya mencoba melupakan insiden tadi pagi.

KRING...  KRING...  Bel istirahat berbunyi,  saya berjalan sambil membawa buku bau tanah itu menuju kantin sekolah.

Aku pribadi menuju meja makan di kantin yang sudah didatangi Liana, Andre,  Talitha,  dan kribo Gabriel.  Mereka yaitu sahabat-sahabatku selain Raka.  "Markas" yaitu sebutan kami ke meja kantin yang sudah biasanya kita nongkrong disitu setiap waktu istirahat. Mereka sedang menyantap bakso buatan Ibu kantin.  Aku duduk diantara Andre dan Talitha.

3 Cara Melihatnya Karya Salsamfrh

"Hem,  maaf guys.  Gue telat. " saya menyengir sambil mengangkat kedua jariku "Pish. "
"Eh Melody.  Lo ngga apa kan?" tanya Liana.
"Gue baik-baik aja,  kenapa?" jawabku polos,  tampaknya mereka akan bertanya insiden tadi pagi.
"Ngga usah bohong dy,  kita ini sahabat lo.  Jangan ada main rahasia-rahasiaan diantara kita." ujar Talitha.
"Tadi gue liat..  Sesosok gadis berbaju putih dibangku pojok kelas itu. Dan..." saya mencoba tuk terus terperinci dengan nada datar.
"Udah cukup,  jangan tanyakan itu sekarang. Dia masih stress berat dengan insiden tadi." Andre menghentikan introgasinya.
"Mungkin lain kali aja ceritanya." Ujarku.
"Eh,  gue dapet buku gres yang misterius nich." ku geser buku itu ketengah meja makan.
"Mana? Ih,  Bagus banget." Talitha fans buku horor dan sangat percaya tahayul dan tempat-tempat angker.

Jam 23.45 kita berangkat ke sekolah dengan kendaraan beroda empat milik Kribo. Sesampainya disana, Andre turun sendirian dengan membawa tiga lilin merah menuju kamar mandi sekolah. Aku dan teman-teman yang lain pribadi kembali ke rumah.

Malam ini, mereka tidur dirumahku. Sesampainya dirumah, saya ngga dapat tidur, mikirin nasib Andre.

Andre

Dia masuk ke dalam kamar mandi, dengan tiga lilin merah ditangannya.

"Mana? Katanya ada penampakan. Nih, gue udah bawa tiga lilin merah yang lo mau." Andre meremehkan buku itu.

Lalu Andre melihat ke atas, ternyata ada seorang perempuan berjubah putih, dengan wajah penuh darah serta rambut terurai panjang.

****
Pagi hari saya dan kawan-kawan berangkat bersama dari rumah.

"Eh, Andre semalam gimana ya? Mana anak itu ngga nongol-nongol, biasanya kan beliau paling heboh kalau pagi-pagi begini." tanya Kribo.

Tiba-tiba ada bunyi anak berteriak.

"Ada apa kok rame-rame ke kamar mandi?"tanya Liana penasaran.

Kita berempat pribadi menuju kamar mandi. Kami pun terkejut tak percaya melihat Andre sudah tak bernyawa dengan kepala bocor, hingga kami tak tega melihatnya. Sedangkan tiga lilin merah itu terjatuh di kolam kamar mandi. Lalu kita berempat ikut memakamkan mayat Andre.

Seusai pulang dari pemakaman, Liana tak henti-hentinya menangis, dan tiba-tiba beliau memuntahkan darah. Kita semua panik dan pribadi membawanya ke rumah sakit. Kata dokter, Liana baik-baik saja.

"Ih, asing deh. Orang muntah kok dibilang tidak apa-apa? Apa mungkin ini peringatan untuk kita? Tapi, kalau kita berhenti baca buku itu hingga disini, berarti kita mati bersama-sama? Dan janjkematian Andre lah yang dimaksud dibuku itu!" ucap Thalita dengan nada serius.
"Kalau gitu kita lanjutkan."kata Liana.

Kribo dan saya hanya terdiam. Bibir ini terasa kaku untuk berbicara, 18.00 kita berkumpul di rumah Liana. Lalu Thalita membuka buku bau tanah itu.

"Yang kedua, bila kau melihat bayangan hitam, maka kau harus berada di sebuah flora bambu yang rimbun. Didalam misi ini kau biasa ditemani."
"Nah, kini giliran gue sendiri." tantang Thalita dengan berani.
"Gue juga ikut. Gue udah sehat kok." sambung Liana.
"Oke, kalau begitu kita berdua nanti tengah malam harus ke bambu- bambu yang rimbun kearah Selatan perempatan itu." ujar Thalita.

Thalita dan Liana.

Tiba waktunya mereka berdua berjalan kearah bambu rimbun itu ditengah malam.

"Nah itu bambu rimbunnya." kata Thalita.

Liana menengok ke arah belakang dan mereka berdua melihat seorang berbaju hitam tinggi dan besar. Mereka berdua lari dengan cepat hingga terjatuh.

***
Aku tidak dapat tidur lagi-lagi. Paginya, saya dan Kribo berangkat sekolah bersama dengan berjalan kaki. Ketika berjalan, kami mencium anyir bau yang kurasakan dari balik bambu diujung jalan itu.

Kami pun berjalan kearah sana. Dan saya terkaget melihat Liana sudah tidak bernyawa yang menggantung di atas bambu dengan luka perut tertusuk ujung bambu itu. Sedangkan mayat Thalita yang jatuh ke Jurang dengan luka parah di kepalanya. Dan perutnya yang tertusuk bambu runcing. Mayat mereka sangat mengenaskan. Kami benar-benar terkejut.

****
Next day, saya menunggu Kribo di kantin.

"Hey.. "Sapaku melambaikan tangan ke Kribo.

Ketika Kribo berjalan dibawah lantai 2, tiba-tiba ada pot besar jatuh dari lantai 2, sempurna dibelakang Kribo kurang lebih 30 cm dari posisi Kribo.

"Ih, kok dapat sih, hampir saja pot bunganya tadi kena kepala lo. Gue rasa itu peringatan buat kita deh dari buku itu." kataku.
"Halah, kebetulan saja tadi itu. Nah, nanti malam giliran gue nih, gue buka dan baca buku itu." ujar Kribo.

Malam hari

"Yang terakhir, bila kau ingin melihat penampakan dari gedung tua, maka kau harus bangkit di jendela gedung berlantai 3 pada ketika tengah malam. Dan juga kau harus berada dilantai paling atas sendiri. Tanpa ditemani siapapun. " bacanya.
"Okee gue siap." ujarnya.

Aku mengantarkan ke sebuah gedung berlantai 3 didekat sekolahan. Aku mengantar Kribo dari luar gedung, hanya hingga terlihat badan Kribo yang bangkit diatas jendela dilantai 3, kemudian saya pun pulang.

"Dy, gue takut ketinggian." Teriak Kribo dari jendela lantai 3.

Tiba-tiba Kribo ngerasa ada yang memegang kakinya. Saat beliau melihat kearah kakinya tiba-tiba ia jatuh dari lantai 3 alasannya ada suatu dorongan, entah siapa yang mendorong. Ia terjatuh dengan luka yang mengenaskan, kepalanya pecah, dan urat nadinya keluar dengan penuh darah. Sungguh saya tak tega melihatnya. 

Seusai pulang dari pemakaman Kribo. Dirumah saya membaca buku itu hingga akhir. Ternyata cerita-ceritanya sama persis yang dialami Andre, Liana, Thalita, dan Kribo. Aku sangat merasa bersalah. Seakan-akan saya lah yang membunuh teman-temanku lewat buku bau tanah itu.

Dan ternyata dihalaman terakhir maksud dari "K. G. Hostvil" yaitu Keramat, sedangkan Ghost dan evil yaitu hantu atau setan. Mengetahui itu semua saya pribadi menuju toko buku itu. Dan anehnya, toko buku itu sudah tidak ada, alasannya pemiliknya gres saja meninggal bersamaan dengan Kribo. Aku galau harus bagaimana. Aku merasa saya ini yaitu pembunuh.  

Aku teringat, saya masih mempunyai sahabat kecilku, Raka. Tapi, hari demi hari saya belum bertemu dengannya. Aku mencemaskan dirinya dan kata-katanya bahwa ia akan selalu melindungiku. Tapi, kini ia malah menghilang tanpa jejak.

Dan pikiranku kosong ketika itu, saya berjalan dilintasan rel yang sempurna berada di akrab toko buku itu. Tiba-tiba dari arah Selatan ada kereta api melaju kencang. Kereta itu menghantam tubuhku. Aku meninggal dunia dengan badan tak berbentuk lagi. Buku yang awalnya ku pegang. Dan kesudahannya buku itu terbakar sendiri.

Profil Penulis:
Hai, namaku Salsa. Yuk, kita kenalan lebih akrab lagi di akun medsosku dibawah ini:
IG : salsamfrh_
Twitter : Salsamfrh23
FB : Salsa Muafiroh

Oiya, bagi kalian yang punya wattpad. Yukk, kunjungi akun ku @salsamfrh_ dan baca kumpulan ceritanya yaa. Sekian dan terima kasih.

Advertisement

Iklan Sidebar