Rumit Karya Zainal Akbar Bantani

Info Populer 2022

Rumit Karya Zainal Akbar Bantani

Rumit Karya Zainal Akbar Bantani
Rumit Karya Zainal Akbar Bantani
RUMIT
Karya Zainal Akbar Bantani

Awal sebuah kisah

“Terkadang kita harus menentukan diantara dua hal yang sangat rumit, antara menyayangi atau di cintai. cinta memang sebuah misteri yang sulit untuk kita tebak, dan dalam sebuah hubungan, cinta berperan penting untuk menjaga sebuah kepercayaan, namun apa jadinya kalau cinta harus di pilih bukan memilih, memang benar adanya kalau jodoh sudah di rencanakan tuhan, dan kita selaku insan hanya perlu berusaha untuk semuanya, cinta bukanlah mainan apalagi hanya untuk sekedar pelampiasan atau pelarian itu sangatlah tidak di benarkan, dan apa yang terjadi denganku memang sangat rumit, saya menyayangi seorang wanita yang menurutku sangatlah pantas untuk saya perjuangkan, di sisi lain saya harus menjaga perasaan seorang sahabat yang selama ini sangatlah ku percaya sebagai seorang sobat yang baik, tapi yang terjadi beliau malah harus memendam perasaanya sendiri kepadaku”

Kisah ini berawal dari masa dimana saya gres masuk perguruan tinggi tinggi negri di kotaku, saya masuk melalui jalur SNMPTN, memang tidak gampang perjuanganku masuk kuliah di mana keadaan ekonomiku pun pas-pasan namun dengan tekat dan niat baikku kesannya saya di terima juga. Satu bulan berlalu kesannya saya mulai dekat dengan sobat di kelasku, kelasku ini berada di lantai dua dan paling pojok, jadi sebelum saya hingga di kelasku saya harus melalui kelas kelas lain, memang sedikit agak canggung harus melewati beberapa kelas tersebut, tapi sebagai mahasiswa dan calon seorang sarjana saya buang semua perasaan itu. Ohh iaaaa...!!! saya hingga lupa mengenalkan diri, hehehe, perkenelkan namaku agung purnama biasa di panggil agung, sedangkan purnama nama belakangku kata orang tuaku, saya dulu di lahirkan pada ketika bulan sedang purnama jadi tidak heran nama belakangku purnama, usiaku kini 20 tahun, saya mempunyai paras tidak mengecewakan tampan dengan tinggi orang indonesia kebanyakan 168 cm. Aku memang terlahir dari keluarga sederhana, dan untuk problem wanita atau sekitar asmara saya sama sekali belum pernah menyentuh ke arah sana, tapi sesudah saya masuk ke lingkungan kampus seakan semua berubah, hidupku kini harus terbagi antara dua pilihan.

Selama satu bulan lebih di lingkungan kampus saya punya sobat wanita berjulukan lisa anggraeni, lisa yakni sobat pertamaku di kampus alasannya pada ketika masa ospek saya di kelompokan dengan dia, jadi secara kebetulam atau mungkin sebuah takdir saya di pertemukan kembali di dalam kelas yang sama, beliau anaknya baik sering membantu saya ketika saya butuh bantuan, beliau juga cantik, banyak anak anak di kelasku dan juga di kelas lain selalu berusaha mendekatinya tapi lisa bilang padaku kalu beliau ingin mementingkan kuliah dulu, sehingga sebagai sobat dekat beliau saya sering di bilang ada hubungan Istimewa dengan lisa, tapi justru saya malah menampik semua omongan orang orang tersebut, alasannya saya menganggap lisa hanya sekedar teman. Lisa juga tau kalu saya bersama-sama sedang mendekati wanita di kelas lain, saya juga sering dongeng ke lisa dan ingin tau ihwal wanita tersebut. Permpuan itu berjulukan bintang beliau berada di kelas lain, tapi untungnya kelas beliau berada di samping kelasku, bintang juga berteman baik dengan lisa walau jarang bertemu tapi ketika pas tatapan muka beliau sering sekedar ngobrol kecil sama lisa. Bintang yakni wanita manis yang lahir dari keluarga berada beliau juga punya kekasih yang juga satu kampus dengan kita kekasihnya berjulukan raya ramdani, hanya saja raya beda kelas dengan bintang, semua itu ku tau tentu saja dari lisa, ku ketahui kalau hubungan bintang denga raya berjalan dengan baik selama dua tahun lebih, saya sedikit tidak yakin dengan niatku untuk mendekati bintang apalagi sanggup kenal dekat dengannya.

Sore itu jam kuliah berakhir, saya masih berada di dalam kelas sambil membereskan kiprah tugas yang di kasih dosen sore itu, kelas sudah sepi lisa juga pamit pulang duluan alasannya ada perlu katanya, sedangkan saya pulang paling terakhir, kesannya semua beres saya melangkah pulang, tapi sempurna stelah berjalan di depan pintu kelas sebelum kelasku, saya mendengar tangis wanita di dalam kelas, saya sedikit agak takut dengan bunyi itu, tapi perlahan saya beranikan diri untuk melihatnya. Setelah kulihat wajah itu, wajah yang tidak gila bagiku, ia beliau bintang, bintang menangis di kursi paling pojok dan belakang, saya coba beranikan diri mengajak beliau bicara,

“Maaf mbak, ini sudah sore baiknya mbak pulang, kampus juga sudah mulai sepi mbak enggak baik mbak” ucapku dengan hati yang berdebar.

Bintang tidak juga berucap dan beliau masih saja menagis, saya jadi khawatir dengannya kampus juga sudah mulai sepi dan hanya beberapa orang saja yang keluar dari kelas lain, saya pun kepalang tanggung jadi saya beusaha mengajaknya untuk pulang saja.

“Mbak kenapa ini udah sore mbak, nanti kalau ada apa-apa dengan mbak gimana” beliau mulai menengok ke arah ku
“Ayo mbak kita pulang kampus udah sepi” saya mulai mengajaknya tapi bintang tetap saja menangis
“Ia sudah kalau mbak tidak mau pulang, saya tinggal iah, tapi kalau nanti terjadi apa-apa dengan mbak, nanti gak ada yang nolongin loh” saya coba menakutinya tapi bintang tetap saja menangis

Aku pun khawatir dengan diriku sendiri, nanti saya takut di tuduh berbuat macam macam lagi. Fiuuuhh.... saya pun melangkah pergi dan masih berharap bintang juga ikut, tapi sesudah satu langkah lagi menuju arah pintu bintang terdiam dan beliau menghentikan tangisannya

“Tunggu...!” sahut bintang, dan saya menoleh ke belakang dan sempurna mengarah ke daerah duduk tadi
“Aku ikut” bintang pun beranjak dari daerah duduknya, dan melangkah ke arahku beliau hanya menatap mataku sejenak kemudian di pergi tanpa satu kata yang terucap setelahnya

Aku sesaat tersipu dengan tatapannya entah apa maksud dari tatapan itu, saya pun melangkah pulang dan sedikit ada rasa sesal dalam hati, padahal moment tadi pas untuk mengenal dekat dengannya, tapi mungkin belum takdirnya. Bintang tidak terlihat lagi sore itu mungkin beliau juga eksklusif pulang ke rumahnya, ada rasa ingin tau dalam hatiku kenapa bintang menangis tadi, hmmmssss... hingga di rumah saya pun masih bertanya tanya dalam hati kenapa bintang menangis, mungkinkah beliau ada problem dengan kekasihnya raya, entahlah saya pun hanya sanggup menduga begitu, alasannya tidak ada hal lain dan alasan lain kenapa beliau harus menangis di sore hari dan ketika jam kuliah  berakhir.

Keesokan harinya, pagi itu saya melangkah menuju kelas dan sesaat saya sempat menatap bintang yang duduk di dingklik yang sama ketika ku lihat beliau di kemarin hari, ketika saya melihatnya bintang pun sempat menatap ke arah ku yang menuju kelas, sambil berjalan saya berharap saya sanggup mendapat tatapan itu kembali, waktu begitu lambat ku rasakan hari itu, jam kuliah berakhir, menyerupai biasa saya pulang paling akhir, dan entah di sengaja atau tidak ketika saya melangkah pulang, tiba tiba saja bintang menabrakku sempurna di depan pintu kelasnya sore itu tinggal beberapa orang saja yang masih terlihat di kelasnya bintang.

Rumit Karya Zainal Akbar Bantani

“Maaf mas saya buru buru” pintanya meminta maaf padaku
“Iah tidak papa” bintang menatap ke arahku
“Mas yang kemarin sore itu iah, maaf iah mas saya kemarin ada sedikit masalah”
“Ia sudah santai aja” ucapku menenangkan bintang, dan hatiku pun berdebar
“Oh ia mas namaku bintang” di menyodorkan tangannya
“Hmmm.. saya agung” saya melamun dan tidak menyangka di mengenalkan namanya padaku, walaupun saya sudah mengenal namanya dari lisa
“Kok bergetar tangannya mas” bintang mengagetkan lamunanku
“Eh eh.. maaf, jangan pangil mas dong mbak, panggil saja agung” ucapku sok akrab
“Gak mau lah mas aja masih manggil saya mbak” mukanya cemberut dan sedikit sewot
“Terus manggilnya apa dong mbak...??” saya belagak bodoh
“Panggil nama aja, BINTANG” beliau memperjelas
“Baiklah...!!! bintang” saya pun memperjelas
“Nah gitu dong gung” ucapnya sambil tersenyum
“eh katanya tadi buru buru” saya mengingatkan
“Oh tuhan, iah saya lupa, mama ku sakit saya harus pergi dulu ia gung hingga ketemu besok” di pun agak berlari kecil meninggalkanku
“Hati hati bintang, cepet sembuh iah buat mama nya”
“Ia terima kasih” bintang sempat menatap balik ke arahku dengan senyum lebarnya

Aku juga pulang, sesal itu tiba lagi,, fiiiuuuh.. saya belum sempat meminta nomor teleponnya, sesampai di rumah saya berniat ke rumah lisa, saya ingin sekedar dongeng apa yang terjadi hari ini denganku, apakah saya sedang bermimmpi atau ini sebuah kenyataan, karean hingga ketika ini saya juga belum menyangka kalau saya sanggup mengenal namanya eksklusif dan berjabat tangan dengan bintang, malam harinya saya berencana ke daerah lisa dan mengajaknya bermain di alun alun kota’ 

Malam tiba, sesuai rencanaku saya mengajak lisa untuk pergi ke alun alun kota, sore sebelumnya saya sempat memberi tau beliau kalau malam ini saya ingin mengajak beliau jalan ke alun alun kota, dan beliau tidak keberatan dengan ajakanku. Malam itu saya berpakaian sekenannya kebetulan malam ini malam minggu, jadi saya punya banyak waktu untuk mengajak lisa jalan dan sedikit ingin mengetahui lagi ihwal bintang. Kami janjian bertemu di depan gerbang alun alun, saya tiba lebih awal dari lisa, kendaraanku sudah saya parkir sebelum lisa datang, lisa pun tiba dengan senyumnya yang manis, menyerupai biasa lisa hanya berpakaian sederhana yang menciptakan kecantikannya tidak pernah luntur, saya jadi tertegun melihatnya.

“Heii melamun aja” tegur lisa membuyarkan lamunanku
“Eh ia ia lis maaf” saya menjawab kikuk
“Udah usang nunggu”
“Oh tidak kok, saya juga gres hingga tadi, ia udah yuk kita jalan sambil cari daerah duduk” ajak saya pada lisa, sembari saya mulai beranjak dari daerah dudukku tadi

Setelah usang jalan di taman alun alun, kesannya kita duduk di suatu daerah yang menyerupai biasa ramai oleh para pengunjung alun alun, saya pun jadi ragu untuk bicara problem bintang, apalagi dengan keadaaan ramai menyerupai ini, kesannya saya berinisiatif untuk cari daerah lagi,

“Lis saya bersama-sama ingin ngomong sesuatu, tapi daerah disini terlalu ramai” 
“Memang kau mau ngomong apa gung, kok hingga harus nyari daerah segala” jawab lisa mulai bingung

Dengan berat hati kesannya saya mulai bicara sama lisa, walaupun dengan keadaan yang terlalu ramai dan saya urungkan niatku untuk nyari daerah yang lain.

“Ia sudah kita ngobrol disini saja, bersama-sama saya ingin dongeng ihwal bintang” ku lihat wajah sedikit kaget dari lisa
“Terus...!!” lisa penasaran
“Tadi, sore sehabis kuliah berakhir saya tidak sengaja tertabrak oleh bintang di depan pintu kelasnya, dan bintang mengenalkan dirinya padaku, lusa sebelumnya saya menemui beliau sedang menagis di dalam kelasnya dan sore itu saya berusaha untuk membujuk beliau untuk pulang, dan pas sore tadi itu saya mulai mengenalnya langsung” ketika itu lisa berusaha menjadi pendengar yang baik untuku
“Bagus dong gung, jadi kau sanggup mengenalnya secara langsung, terus kau sudah sanggup nomor teleponnya” tanya lisa
“Itu beliau lis, saya belum sempat memintanya, yang ingin saya tau dari beliau kini kenapa iah bintang menangis sore itu” saya mulai ingin tau dan saya berharap lisa tau kenapa bintang menangis sore itu
“Ia sudah kalau ketemu lagi dengan bintang, coba saja kau minta nomornya telepnnya siapa tau beliau mau ngasih sama kau dan harapan kau untuk lebih mengenalnya kan lebih muda gung, ia saya gak tau gung kenapa bintang menangis, saya kan tidak terlalu mengenalnya” lisa memperjelas saya sedikit kecewa lisa tidak tau ihwal bintang
“Hmmsssss, biar aja iah lis saya bertemu lagi dengannya, saya kira kau tau kenapa bintang menangis, saya jadi pensaran nih lis kenapa bintang menangis”
“Ia coba kau nanti coba cari tau saja sendiri gung, saya yakin setiap harapan yang berniat baik niscaya ada jalan keluarnya” lisa memberiku dukungan
“Ia biar iaah lis”
“Aku sih sebenernya punya nomor telpon lisa, tapi berdasarkan saya lebih baik kau minta sendiri eksklusif ke bintang dan menurutku itu jauh akan lebih berkesan ketimbang kau minta dari orang lain” lisa memberi tau kalau beliau punya nomor telepon bintang sambil memperlihatkannya padaku
“Oh, saya kira kau tidak punya lis, ia sih kau benar, kan lebih berkesan kalau eksklusif minta ke bintang, dan itu akan lebih ada sesuatunya kan,, hahahahaha” saya sedikit menghibur suasana
“Hahahaha... sesuatu apa maksudnya gung...???” tanya lisa ingin tau disela tawanya
“Sudah lah nanti juga kau tau sendiri jikalau suatu ketika ada seseorang yang dekat dengan kau dan seseorang tersebut meminta nomor teleponmu, niscaya kau tau sendiri yang saya maksud dengan ‘sesuatu` tadi” jawabku pada lisa sambil memeperlihatkan senyumannya

Sempat terfikir olehku kenapa saya tidak mendekati lisa yang bersama-sama sudah saya kenal lebih dahulu dari yang lainnya di kampus, tapi entahlah saya merasa kalau saya mendekatinya semua tidak akan berjalan dengan baik, entah keraguan dari mana  yang saya rasakan itu, tapi yang terang saya hanya mennanggap lisa tidak lebih dari sekedar sahabat dan akupun yakin kalau lisa berperasaan sama denganku

“Ia sudah yuk kita pulang, nanti terlalu malam gak baik juga kan” ajakku pada lisa, kulihat jam di tangan digitalku menandakan waktu 21:44 malam
“Ia sudah yuk, alun alun juga sudah mulai sepi” jawab lisa sambil melihat keadaan alun alun

Malam itu pun kita pulang, saya antar lisa pulang hingga depan rumahnya, saya pun berterima kasih pada lisa alasannya sudah memberi waktunya untukku malam ini, akupun kini sudah terbaring di kamarku, Rasa ingin tau itu kembali muncul kenapa bintang menagis sore itu, tapi sesudah saya ingat ingat ucapannya ihwal ibunya yang sedang sakit apakah karen hal itu lisa menangis, saya pun bertanya tanya sendiri dalam hati.

to be continued..

Profil Penulis:
nama   : zainal akbar bantani
TTL      : serang, 02 februari 1994
alamat : serang

akun sosmed
facebook: zainal akbar (albantani_akbar@yahoo.com)
instagram: @zainal_akbar

Advertisement

Iklan Sidebar