ONE DAY IM
Karya Eka Pratiwi Putri
Masa kecilku? Tentang itu saya ialah anak yg biasa biasa saja, biasa saja dalam artian tidak ada yg istimewa dariku maupun keluargaku. Aku bukan anak menteri yg suka korupsi, atau anak presiden yg kemana mana dikawal oleh paspampres, bukan juga seorang anak dari korban perceraian selebriti papan atas yg fenomenal, bukan juga seorang anak yang dibuang kemudian dititipkan di panti Asuhan pinggiran Jakarta, orangtuaku masih hidup tenaga mereka masih berpengaruh untuk mengomeliku dan menceramahiku sepanjang jam tidurku dirumah, belum lagi adikku yg usianya gres tujuh tahun setiap hari ia selalu menggangguku. Sungguh menyebalkan! Tempo kemudian adikku yg super nakal itu memakai dress kesukaanku untuk mengepel teras rumah, kurang ajar! Dan kemarin sore adikku menonjok anak tentara, dan Ibuku kewalahan lagi. Faktanya kelakuan jelek adikku ini bukan hanya sekali, ia pernah menendang anak polisi, anak gubernur, anak pak walikota, anak DPR, cucunya kepala sekolah, dan terakhir anak tentara yg rumahnya 3km dari arah barat rumah kami.
Senin pagi dimeja makan
"Ma menurutku, Alex dimasukan saja di asrama atau enggak di rehabilitasi saja di forum dukungan anak " ujarku sembarang dengan lisan yg penuh dengan roti selai jagung buatan Mama yg paling saya sukai
"Enak aja, gak mau! " tegas Alex ketus
"Hei sudah sudah, Papa percaya Alex melaksanakan ini niscaya ada alasannya. Lg pula tindakan Alex itu sangat maco " Papa membela Alex lagi
"Like father like son "
Selesai sarapan pagi dihari senin yg membosankan, saya berangkat ketempat kerjaku, disalah satu Cafe yg menyatu dengan Departement Store pertama milik orang Indonesia asli. Ya syukurlah Indonesia semakin maju, kini ini kesudahannya ada departement store atau mall yg dibangun oleh orang Indonesia orisinil walaupun di dalam mall tersebut berbagai perusahan perusahaan asing yg ikut bergabung.
Di cafe tempatku bekerja itu ialah cafe yg sangat terjangkau harganya, siapun sanggup berada disini.
"Hei perhatian! Ada kabar baik dari pak Bos " teriak seorang laki-laki yg mempunyai perawakan gemuk empal. Kami semua yg sedang mempersiapkan toko untuk buka eksklusif berkumpul di depan Pak Surya, Manager Cafe tempatku bekerja
"Cafe kita kesudahannya buka cabang " seru Pak Manager
Semua pekerja eksklusif antusias mendengarnya. Cafe ini menyerupai cafe milik bersama, Pak Bos kami yang kupanggil Kakek itu ialah orang yg sangat baik dan bijaksana sehingga kami semua disini merasa menyerupai keluarga dan mungkin akan bersumpah bahwa kami akan mengabdi pada cafe ini.
Hari pertama kerja di cabang Gustav's Cafe
"Kenapa bapak gak bilang sama kami kalau cabang cafe kita adanya di dalam rumah sakit? " saya berbicara sedikit kencang pada manager Cafe
"Kalau saya beri tahu, niscaya kalian gak mau. Pak bos menentukan kalian yg muda muda. Pak Bos bilang alasannya ini rumah sakit jadi kalian semua harus ramah pada mereka, kalau sanggup menghibur mereka yg sedang di landa kesusahan. " ungkapnya sembari melipat kedua tangannya
"Cafe kita akan buka 24 Jam, semua bekerja selama delapan jam sehari sesuai jadwal. Gaji kalian akan ditambah per dua jamnya, yummy bukan? Apalagi kalau kalian bekerja full 24 jam. Kebayangkan berapa banyak uangnya? " bual Pak Surya. Sial, saya tidak sanggup menolak yg ini.
"Wah kalau gitu saya akan setiap waktu disini " ujar Fariz, pekerja paruh waktu.
Aku menjitak kepalanya " hei anak bodoh! Bagaimana dengan kuliah dan kiprah tugas mu nanti? "
Fariz hanya cengengesan
"Are you understand? " Pak Manager sok Inggris
"Yes "
Langkah awal ialah membagikan brosur cafe kami di depan pintu masuk, saya dan Fariz mendapat kepingan itu untuk awal promosi cafe kami di Rumah Sakit Kencana International.
"Hei kak, disini saya mencium busuk busuk orang kaya " ujar Fariz berbisik ditelingaku
"Aku juga " jawabku
"Menurut kak Rachel, bagaimana kakek sanggup membangun cabangnya dirumah sakit yg paling ternama ini? "
"Entahlah. Ah sudah jangam bertanya yg macam2, kita cuma pekerjanya saja jadi jangan bicara yg aneh2 "
![]() |
| One Day Im Karya Eka Pratiwi Putri |
Ya, pemilik Gustav's Cafe yaitu kakek Gus ialah pembisnis yang cukup kaya raya masuk akal saja ia sanggup melaksanakan apa saja dan dimana saja dan anehnya kakek Gus itu orang yg sangat tertutup soal problem kehidupannya. Jadi, alasannya kami sangat menghormatinya, tidak ada satu pun dari pekerjanya bertanya wacana keluarganya.
Hari pertama saya bekerja di cabang ini, cafe kami cukup dibilang ramai. Banyak orang2 yg berdatangan kebanyakan sih ya keluarga para pasien yg di rawat disini. Tapi tampaknya banyak juga orang2 dari kelas menengah yg keluarganya dirawat disini dgn memakai kartu jaminan
Hari kedua saya bekerja, saya mendapat aktivitas jam tujuh malam, ini lebih baik daripada saya kebagian shift pagi hingga tengah malam. Yg bekerja hari ini ada lima orang dari sebelas pekerja, dan Fariz si bocah tengik itu kini niscaya sedang belajar.
Bunyi lonceng pintu membuyarkan lamunanku, seorang laki laki bewajah pucat dan mata sembab datang. Dia berjalan terhuyung huyung kemudian duduk dikursi, saya eksklusif bergegas menghampirinya sambil membawa buku menu.
"Satu wishky ukuran medium " ungkapnya mengacungkan telunjuknya tanpa menengok ke arahku
"Kami tidak jual itu. Ini menunya " saya menyodorkan buku hidangan tapi tak dilihat
"Kalau gitu cocktai atau red velvet "
"Maaf pak, tapi kami tidak menjual alkohol " jawabku lagi
Laki laki berperawakan besar itu eksklusif berdiri menghadapku. Tubuhku eksklusif lemas dan rahangku bergetar. Aku mencoba berfikir apa yg akan laki-laki ini lakukan padaku? Wajahnya terlihat sangat marah
"Cafe macam apa ini? Tidak jual minuman? " laki-laki itu menendang meja hingga meja itu terdorong dan jatuh. Kemudian para pekerja keluar dari dapur
Kebetulan Pak Manager sedang ada disini, ia bergegas menghampiri kami
"Maaf pak ada apa ini ? " tanya Pak manager
"Dia bilang disini tidak menjual minuman, kalian bohong kan? Apa minuman itu kalian simpan untuk pasien vvip hah? Sekarang tunjukan dimana! " laki-laki itu berteriak di depan wajah pak manager sambil menendang kursi. Saat itu tengah malam, jadi sekitar. Cafe sudah sepi, hanya ada dua orang suster di resepsionis
"Dengar pak jangan coba coba buat keributan Di cafe ini, lebih baik bapak keluar silahkan. Pintu keluar ada di sebelah kiri "
Pria itu malah bertambah marah, tampaknya ia setelah mengkonsumsi alkohol, saya sanggup mencium baunya disini. Alkohol bercampur dengan bauk ketiaknya. Ewh. Parahnya laki-laki itu menarik kerah baju pak Manager. Aku berusaha menenangkan laki-laki itu
"Mohon pak jangan berbuat macam2 " saya memegangi tangan laki-laki itu, ia sangat berotot. Dia niscaya seorang pembunuy bayaran alasannya cengkramannya begitu kuat
"DIAM! " laki-laki itu mengibaskan tangan kanannya yg berotot itu kearahku, tubuhku yg mungil dan ringan ini terhempas menyerupai bola basket. Aku terdorong hingga ke dinding kaca, tubuhku terhampas kesana. Saking berpengaruh lengannya, bahkan tubuhku hingga menembus kaca
Aku sanggup mendengar bunyi retakan beling itu saat tubuhku terhempas ke dinding beling transparan sebelah pintu masuk, saya terhempas hingga kedepan meja resepsionis, sontak dua suster itu pun kaget. Semuanya seketika buram, samar samar saya melihat mitra kawanku di dalam cafe yg menatap kaget kearahku, saya juga melihat laki-laki itu yg kesudahannya melepaskan kerah baju pak Manager dan dua suster yg berkaki jenjang dan bening bergegas kearahku dan saya melihat seorang malaikat berjubah putih. Oh Astaga! Aku gres tahu malaikat itu setampan ini, malaikat itu berlari kearahku, saya sanggup mendengar langkah kakinya. Tapi apakah malaikat benar memakai sepatu ? ....
Apa yang terjadi denganku? Aku merasa tubuhku melayang. Eh tidak! Aku melihat malaikat itu menggendongku, apa ia akan membawaku ke Surga? Dia sedang berlari sambil menggendongku
"Suster, bawa troli itu segera! "
Kemudian ia meletakkanku ditempat yg empuk dan hangat. Aku sanggup melihat malaikat berjubah putih itu di sebelah kananku, saya juga sanggup melihat Pak Manager dan rekan kerjaku Neni dan dua suster yg ada di meja resepsionis tadi.
"Bertahan nak " saya mendengar bunyi pak manager pelan
Kemudian saya menatap tanganku, saya melihat banyak darah di sekitar tanganku bahkan di erat mataku. Kenapa saya ini? Tubuhku lemas sekali, saya tidak sanggup menyampaikan apa apa. papa Ibu .... Apa yg terjadi dengan Rachelmu ini? Sumpah ini sakit sekali, lebih sakit ketimbang di lempar sandal bakiak oleh Ibu. Aku mencengkram sesuatu yg hangat sambil menahan sakit. Apakah saya akan mati secepat ini? Kenapa kematianku begitu jelek sekali.
# Bersambung #
Tunggu dongeng berikutnya ya!
Nb: kalau ada yg ingin tahu kelanjutan apa yg akan terjadi dengan Rachel, contact me ya. Tnks
Profil Penulis:
Nama : Eka Pratiwi Putri
Birth : 14 March 1998
New student of Syekh Maulana Yusuf Islamic University if Tangerang Banten
Sosial Media
Email : eka98pratiwi@gmail.com
Fb : Eka Pratiwi Putri
Twitter : @ekapratiwi_p2
Snapchat : ekapratiwi2
Advertisement
