DIUJUNG PENANTIAN PART 1
Karya Damayanti Childiesh
Hari ini yaitu hari yang paling terindah dalam hidupku. Tepatnya di bulan Maret, tiba-tiba di pagi ini kau menelponku dan mengajakku ketemuan di suatu Cafe yang letaknya tidak jauh dari rumahmu. Setelah sekian usang kau menghilang dari hidupku tanpa kabar, kini kau muncul kembali mengusik hatiku yang selalu menantimu. Dengan bergegas kubuka lemari pakaian dan memilih-milih baju yang akan kupakai siang nanti ketika ketemu denganmu. Cuaca siang ini begitu mendukung, cerah secerah suasana hatiku. Kulangkahkan kaki menuju Cafe Kokita dengan impian ada yang Istimewa dipertemuan kita kali ini. Dari jauh kumelihat ada sesuatu yang beda darimu. Semakin dekat semakin jelas. Kini dirimu semakin kurus dan tak seceria dulu lagi.
“Assalamualaikum Ron, gimana kabarmu ? tanyaku singkat. “Walaikum Salam Nis, Alhamdulillah kabarku baik ”. Jawab roni dengan sedikit lemas. Aku pun eksklusif duduk dan melirik ke arah Roni. Kupandangi beliau dari ujung rambut hingga ujung kaki. Banyak yang berubah pada dirinya. Sekarang beliau agak sedikit gondrong, kucel dan semakin kurus. “ Ron.......selama satu tahun ini kau ada dimana ? “ ucapku dengan penuh tanya. Suasana tenang sejenak, berselang 5 menit, roni pun menjawab pertanyaanku. “Maaf Nis, selama 1 tahun ini saya menghilang tanpa mengabarimu. Aku yakin niscaya kau kecewa alasannya yaitu sebagai sobat saya sudah menyembunyikan hal ini padamu. “ Sebenarnya sih saya kecewa, saya sebagai sobat yang mencintaimu harus terpisah denganmu selama 1 tahun tanpa mengetahui keberadaanmu ” ucapku dengan nada kecewa.
Ron, kau tahu kan kita sudah erat dari kecil hingga kini dan pada kesudahannya rasa cinta itu muncul dalam diriku dan kau pun tahu itu. Tapi kenapa kau sebagai sobat tega pergi meninggalkanku sendiri tanpa kabar ? “ucapku dengan isak tangis yang tak sanggup kubendung ”. Nis......maafkan aku, selama ini ada hal yang kusembunyikan darimu “ucap roni sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi nisa ”. bahwasanya 1 tahun yang kemudian dokter memfonisku mengidap penyakit kanker darah. Sejak ketika itu ibu dan ayah membawaku pergi berobat ke singapura tanpa sempat berpamitan denganmu. Aku juga tidak tega memberi tahu kabar ini padamu, makanya ketika kau menelpon dan sms saya tidak membalasnya. Dengan muka terkejut Nisa pun eksklusif memeluk roni dengan erat. “Ron...kenapa bukan dari awal kau menceritakan ini semua ? saya kan sahabatmu, saya siap menemanimu dikala suka maupun duka. Aku siap menanggung beban hidupmu alasannya yaitu hingga ketika ini saya masih sangat mencintaimu “ ucap nisa dengan isak tangisnya”.
![]() |
| Diujung Penantian Part 1 Karya Damayanti Childiesh |
Suasana tenang sejenak, tiba-tiba roni eksklusif memelukku “nis...sebenarnya saya juga sangat mencintaimu jauh sebelum kau mengungkapkan isi hatimu padaku, tapi kusadar saya tak pantas untukmu ” ucap roni sambil menyakinkanku. Nis....sebenarnya tujuan utamaku mengajakmu ketemuan yaitu untuk melamarmu, tapi apakah kau mau mendapatkan lamaran dari orang yang berpenyakitan dan hidupnya tidak akan usang lagi ?” tanya roni padaku dengan muka serius. Nisa yang awalnya kaget, tiba-tiba diam. Antara yakin dan tidak dengan apa yang didengarnya barusan. “ Ron.....kamu yang kini dan kau yang dulu tetap sama bagiku, alasannya yaitu kau yaitu alasan saya untuk tetap sanggup tersenyum dan menjadi penyemangat hidupku selama ini ”.
Sebulan berlalu semenjak pertemuan itu, saya tetap saja masih gundah dengan perilaku roni yang tiba-tiba muncul dan ingin melamarku. Aku masih ragu dengan apa yang dikatakannya. Apakah akan berlanjut ke jenjang yang lebih serius ? “ucapku dalam hati dengan penuh tanya”. Sesekali kutengok rintik hujan dibalik beling jendela kamarku berharap akan ada pelangi yang indah menghiasi langit.
Tok....tok..tok...Assalamualaikum “suara dibalik pintu rumahku”. Tiba-tiba lamunanku buyar mendengar salam dari bunyi yang tidak absurd ditelingaku. Bergegas kuberanjak dari daerah tidur dan berlari untuk membuka pintu. Walaikum salam “ucapku membalas salam tersebut”. Dengan perasaan kaget dan penuh tanya, mereka pun kusuruh masuk kedalam rumah dan mempersilahkannya duduk. Aku pun melirik roni dan roni pun mengerti dengan kode yang kusampaikan. Roni pun mendekatiku dan menjelaskan maksud kedatangannya bersama keluarga. Antara kaget dan senang jantungku pun berdenyut kencang sekencang laju motor si pembalap Rossi. Ayah dan ibu pun eksklusif mendapatkan lamaran itu dan menentukan tanggal ijab kabul kami.
Beberapa ahad kemudian berlalu dengan kesibukan masing-masing. Keluargaku pada sibuk mempersiapkan semuanya mulai dari catering, undangan, pelaminan dan lainnya. Sementara saya malah sibuk menandai kelender, tak sabar rasanya menunggu hari yang Istimewa itu “ucapku dalam hati sambil tersipu malu”. Kulirik handphoneku yang tergeletak di atas meja. Aku gres sadar ternyata 2 hari ini saking sibuknya saya lupa memberi kabar pada roni. Aku pun tersenyum melihat panggilan masuk di handphoneku yang yang tak lain dari roni. Dengan sigap kumenjawab teleponnya “ Halo....Assalamualikum ada apa sayang, kau kangen yah ? ternyata kita kontak batin yah. Barusan saya mau telepon kamu, eh ternyata kau duluan yang telepon aku”. Ucapku impulsif dengan penuh kebahagiaan. Maaf nak, ini bukan roni tapi ibunya.
“Nisa maafkan ibu nak, alasannya yaitu lupa mengabarimu semalam. Roni ketika ini hanya membutuhkanmu, beliau ingin melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Saat ini roni berada di Rumah Sakit Wahidin. Tanpa menutup telpon dari ibunya roni kubergegas menuju rumah sakit. Ron.....ron jangan tinggalkan aku, kau kan sudah kesepakatan hari ini kita ketemu di KUA untuk mengurus semuanya bareng-bareng tapi kenapa kau ingin meninggalkanku. “Nis.....maafkan aku, saya tidak sanggup menepati janjiku padamu” ucap roni sambil menghembuskan nafas terakhirnya.
Nis.....Nisa berdiri nak, “ucap ibu sambil mengguncang badanku”. Perlahan kubuka mataku, bu....aku harap semua ini hanya mimpi. “ucapku penuh harap sambil meneteskan air mata”. Yang sabar yah nak, ini bukan mimpi tapi ini takdir Allah yang harus kau terima. Tanpa menghiraukan kondisiku yang gres sadar dari pingsan kebergegas lari menuju TPU yang letaknya tidak jauh dari rumahku. Setiba disana, kutatap dan kuteliti dengan seksama karakter demi karakter yang tertera di watu nisan itu. Ya Allah ini bukan mimpiternyata roni benar-benar telah meninggalkanku untuk selamanya. “ Ron.....kamu jahat selama bertahun-tahun saya menanti hari dimana kau dan saya terikat kata SAH, tapi kenapa di detik-detik menjelang hari istimewa itu kau malah pergi meninggalkanku untuk selamanya”. Teriakku histeris sambil menyesali nasib.
Damayanti Childiesh
Sabtu, 10 Juni 2017
Profil Penulis:
untuk lebih mengenalku,,,,kunjungi saya di
Facebook : Damayanti Childiesh
BBM : 5D4EB468
WA : 085255012555
Advertisement
