DAVE DATANG LAGI
Karya galuh
DAVE tiba lagi. Untuk yang ketiga kalinya dalam bulan ini. Ketika ia masuk ke rumah, dibawanya pula salju dan udara cuek dari luar. Minus satu sore itu.
“Jika tidak keberatan, boleh kamu tutup pintu?” tanya Wibi.
Dave menutup pintu. Ia melepas sarung tangan, lalu memasukkannya ke kantong mantel. Topi dijejalkannya ke kantong satunya lagi. Ia membuka mantel dan menggantungnya di kaitan yang terletak di samping rak sepatu. Beberapa serbuk salju yang melekat di mantelnya jatuh ke lantai keramik khas zaman Victoria, meninggalkan bercak air di beberapa tempat.
Jika sudah tanpa mantel begitu, Dave tampak kurus sekali. Ditambah dengan tubuhnya yang tinggi dan rambut pirang kecokelatnya yang berbentuk helm, ia terlihat menyerupai korek api.
![]() |
| Deve Datang Lagi Karya galuh |
“Masuklah,” Wibi mempersilakan.
Dave hendak melangkah ke ruang duduk saat Wibi memanggil.
“Sepatumu. Lepas dulu. Rai sering main di karpet.”
“Aku lupa. Maaf. Apa Rai ada di rumah?”
“Dia ada kelas karate di sekolah. Hanya kami di rumah.”
Kami yang dimaksud Wibi ialah ia dan istrinya, Aliesha.
Dengan segan, Dave membuka sepatu dan meletakkannya di bersahabat rak. Kaus kakinya berlubang di bab ibu jari.
“Silakan duduk,” Wibi mempersilakan.“Teh atau kopi?”
“Kopi, please. Ta, mate.”
Wibi beranjak keluar dari ruang duduk. Dari dapur, terdengar bunyi air mengucur dan ketel merebus air. Lalu bunyi adukan sendok bersinggungan dengan gelas. Wibi masuk kembali dengan dua gelas kopi, yang diletakkannya di meja kayu ek persegi panjang. Ia duduk di sofa kulit berwarna putih, berhadapan dengan Dave.
“Bagaimana pertemuanmu tadi?” Dave menghela napas.
“Tidak bagus?” tanya Wibi.
“Mereka bahkan bilang mereka mulai berpikir jikalau pengangkatanku ialah sebuah kesalahan.”
“Apa?!” seru Wibi, “Tak mungkin mereka bilang begitu.”
Dave mengangkat bahu. “Kenyataannya begitu.”
“Tapi kamu lulus dengan gelar distinction dari Cambridge. Kau lulus doktor tanpa perbaikan sama sekali. Pengalamanmu sebagai pengacara dan kemampuan bahasamu tentu berkhasiat dalam riset.”
Profil Penulis:
hai makasi udah baca cerpen aku yang ke 6
Advertisement
