Shadow On The Past Karya Roni Istianto

Info Populer 2022

Shadow On The Past Karya Roni Istianto

Shadow On The Past  Karya Roni Istianto
Shadow On The Past  Karya Roni Istianto
SHADOW ON THE PAST
Karya Roni Istianto

“Woy Ren absen lagi lu?” teriak bunyi yang sudah tidak absurd lagi dari belakang ku. 
“Gue tadi bangkit kesiangan”, jawabku sambil mengangkat tangan ku ke arah ibu kantin. 
“Biasa ya buk”, kataku. 
“Gue juga buk”, kata Angga yang eksklusif duduk disampingku, “yang bayarin Rendi” tambahnya. 
“Hmm, gue lagi dah.” Jawabku dengan kesel kepada Angga. 
“Eh, tadi kau dicariin anak semester satu”, Angga memulai pembicaraannya. 
“Hmmm...”, jawabku singkat. 
“Kok cuma hmmm.. sih, Pak Denis ngasih kiprah kelompok tuh, dah dari ahad kemarin, makannya jangan suka absen aja...” kata Angga. 
“Terus...”, jawabku sambil meminum kopi pesananku yang sudah jadi. 
“Ya kau satu kelompok sama anak semester satu itu, udah ngulang sering absen lagi. wkwkwk” ejek Angga sambil tertawa. 
“Ya udah nanti gue samperin orangnya, bikin males aja dia. Kenapa nggak buat tugasnya sendiri sih, gue kan abang tingkat seharusnya sanggup ikut nama doang nantinya, emang siapa anak itu? ” omelku. 
“Nggak perlu.”, bunyi cewek tiba-tiba terdengar dibelakang ku. 
“Plak” bunyi cewek itu memukulku dengan buku. 
“Aw..” teriak ku. “siapa lu?” tanya ku pada cewek yang gres saja memukulku. 
“Wkwkwk, bakal ada perang dunia ketiga nih, ia anak yang cari lu.” Angga tertawa terbahak-bahak sambil menyingkir dari kami berdua. 
“Sialan nih cewek.”, gumam ku. “Ada apa?” tanya ku padanya. 
“Rangkum penggalan 2 dari mata kuliah Pak Denis, jangan lupa buat power pointnya”. Katanya. 
“Hah..” belum sempat saya melanjutkan perkataanku ia udah memotongnya. 
“Eit.. jangan membantah deadlinenya besok” sambungnya. 
“what..?” tanyaku bingung. 
“Mau lulus nggak?, nih no. Hpku jikalau ada apa-apa sms aja. Jangan lupa besok dikumpulin ke aku”. Katannya sambil pergi dari kantin.

Esok paginya saya pergi kekampus kesiangan lagi, saya berjalan perlahan bagai tanpa dosa ke arah kantin. Aku tidak mengerjakan apa yang disuruh oleh cewek itu. Dan ternyata ia sidah menunggu di kantin. Setelah melihatnya saya kemudian berbalik arah menninggalkan kantin. 

“Eh mau kemana kak?”, teriaknya. Mati saya gumamku dalam hati.
“Mana tugasnnya?”, tanyanya. 
“Belum gue kerjain”, jawabku. 
“Kenapa belum dikerjain?” tanyanya sedikit panik dan marah. 
“Mana sanggup saya ngerjain, bukunya aja nggak punya” jawabku mencari alasan. 
“Ya udah ini saya pinjemin buku, ayo dikerjain bareng”, kata cewek itu sambil mencari buku di tasnya kemudian menarik tangan ku menuju ke bangku kantin.

Karena dibantu cewek itu, ngerjain tuganya jadi lebih gampang dan cepat. “Pinter dan bagus juga cewek ini, tetapi galak dan suka emosi” gumamku dalam hati sambil memandang wajahnya. 

“Rendi?, alhasil kau sudah kembali..” kata Sony yang ternyata sudah ada dibelakang cewek itu. “aku rindu Rendy tiga tahu lalu” sambungnya. 

Suasana jadi hening, cewek dan teman-temanku yang lainnya memandang ke Sony penuh dengan kebingungan. Sony melirik cewek itu sedikit. 

“Namanya siapa dik?” tanyanya. 
“Nadya kak”, jawabnya. 
“Hah...”, saya dan Sony bersamaan tercengang kaget. 
“Tidak mungkin” kataku dalam hati. “Benar-benar menyerupai Ren” kata Sony. “Jaga dia” lanjutnya.

Kata-kata Rendy mengingatkanku wacana suatu hal, suatu hal yang ingin saya lupakan tetapi tidak bisa. Aku kemudian berdiri dari kantin dan pergi meninggalkan mereka tanpa satu kata apapun, airmataku mulai menetes. Memang benar Sony satu-satunya sahabat SMAku disini yang tahu masa laluku.

Semua kaget meihat Rendy meninggalkan mereka dengan wajah pucat. “Opss..” kata Sony. Sony yang orangnya bejana itu masih ragu-ragu wacana cewek ini. 

Shadow on the Past  Karya Roni Istianto

“Apa bener nama kau Nadya?” tanyanya sekali lagi meyakinkan diri. 
“Beneran kak” jawabnya sambil mengemasi tugasnya yang sudah selesai. 
“Kamu tahu, Rendy itu sebetulnya pintar, baik hati, periang, suka bercanda dan membantu, ia bukan pemalas dan hirau menyerupai yang kita kira. Cuma ada suatu kejadian yang membuatnya menyerupai itu” kata Sony menerankan pada temantemannya. 
“Kejadian apa?” tanya Angga penasaran. 
“Maaf saya tidak sanggup mengatakannya kepada kalian, udah banyak keceplosan nih hari ini. Yang terang 3 tahun yang lalu, yang ada kaitannya dengan nama Nadya. Dia bahkan hampir tidak lulus SMA, padahal ketika kelas 1 dan 2 ia selalu menerima juara 1.” Jawab Sony menerangkan, kemudian ia berdiri bersiap untuk meninggalkan kantin. 
“Kok aku, apa hubungannya dengan ku?” kata Nadya menyanggah. 
“Kalau kau pengen tahu, tanyakan sendiri pada Rendy. Dia niscaya ada dikursi ujung lorong lantai 2 gedung kita”. Kata Sony meninggalkan mereka.

Karena ingin tau nadya pun mencoba menemui Rendy. Benar saja ia ada ditempat yang disebutkan Sony. Sambil menghisap rokok yang dipegangnya wajahnya masih pucat dan ada bekas air mata dipipinya. 

“Disini dihentikan merokok” katanya sambil duduk didekat ku.

Aku kaget alasannya ialah Nadya mengambil rokokku, ia melanjutkan dengan olok-olokan kepadaku. 

“Masa pria kok nangis, dasar cengeng”. 

Entah apa yang dipikirkannya, ia ingin mengejek atau menghiburku. Tetapi saya tetap menatap awan dilangit tanpa menjawab pertanyaan dari Nadya. Suasanapun menjadi hening, Nadya hanya membisu saja, ia menyerupai memikirkan sesuatu. Tetapi saya tetap tidak mengeluarkan kata-kata apapun. 

“Eh kak Rendy, kiprah dari pak Denis kan sudah banyak kubantu.. boleh dong saya minta permintaan..” Nadya memulai pembicaraan lagi. Tetapi saya masih bengong sambil melihat langit. “Kak saya mau abang traktir makan ya.. sambil jalan-jalan...” katnya lagi. “Kak Rendy!!” suaranya agak keras sambil memukul kepalaku. 
“Iya Nad” jawabku sepontan sambil melihat matanya. Dan tak terasa mataku mulai meneteskan air mata lagi alasannya ialah melihat bola mata Nadya.

Siapa cewek ini, pikirku dalam hati. Apa ia tiba untuk mengingatkanku dan balas dendam wacana masa kemudian itu, atau tiba utuk memperbaiki hidupku yang telah hancur ini. 

“Kok nangis lagi?” tanya Nadya padaku. “Ada apa.” Sambungnya. 
“Nggak ada apa-apa kok” jawabku. “Kapan mau ditraktir makan?” tanyaku mecoba mengalihkan pembicaraan. 
“Sabtu ini gimana” jawabnya. 
“OK” jawabku balik.

Aku pun mulai bersahabat dengan Nadya. Sudah beberapa kali kami jalan bareng. Mungkin ini hanya kebetulan tetapi ketika kami jalan bareng saya menyerupai sudah kenal usang dengannya. Makanan, warna, kawasan favoritnyapun sama menyerupai Nadya yang kukenal dulu. Nadya menyerupai mengajak ku untuk kembali kemasa laluku, dan itu juga yang membuatku ragu. Apakah saya akan melanjutkan kekerabatan ku dengan Nadya atau mengakhirinya saja. Aku tidak berani mengungkapkan perasaanku kepada Nadya alasannya ialah saya takut kehilangan Nadya untuk kedua kalinya lagi.

Hari ini ia mengajaku jalan-jalan ketaman kota. Dia bilang ingin bersama ku seharian. Aku sudah jadian dengannya 7 bulan yang kemudian dan saya berfikir inilah saatnya saya memperbaiki semua yang telah saya lakukan dulu. Dan ternyata hari ini ia mengejutkan ku. Bersama teman-temanku kita merayakan hari ulang tahunku. Hari ulang tahunku yang terakhir kali saya rayakan 3 tahun yang lalu. Aku sangat senang sekali hari ini. Dan Nadya menawarkan ku hadiah. 

“Apa ini?” tanyaku pada Nadya. 
“Buka aja..” jawabnya. Setelah saya membuka hadiah dari Nadya saya tercengang kaget. 

Dia menawarkan ku kalung. Dan yang menciptakan saya kaget ialah kalung itu ada abjad “N”nya. N yang berarti berakhir. Sama menyerupai tiga tahun kemudian Nadya menawarkan kalung persis menyerupai ini. Kalaung yang masih saya simpan dirumah yang tidak berani saya pakai. Saat Nadya ingin memamakaikannya kepadaku saya menolaknya. Aku kini menyerupai seseorang yang pucat ketakutan. Semua heran atas perilakuku dan Nadya agak murka alasannya ialah saya menolak pemberiannya didepan teman-temanku.

Aku berjalan keluar dari rumah makan tempatkamu merayakan ulang tahunku dan diikuti oleh Nadya. Terjadi pertengkaran disana. 

“Kamu siapa sih, dan kenapa tiba kesini?” perkataan ku pada Nadya waktu itu. 
“Apa?” jawabnya bingung. 
“Sebenarnya kau itu mencintaiku tidak sih. Kita sudah pacaran 7 bulan, tetapi saya menganggap kau tidak mencintaiku, tetapi menyayangi orang lain. Dan kini kau bertanya kepadaku saya siapa dan kenapa tiba kesini?” kata Nadya menangis tersedu-sedu dan berjalan meninggalkan ku menyeberangi jalan. Dia menyeberangi jalan walaupun ketika itu lampu kemudian lintas masih hijau. Aku lari dan berusaha untuk mencegahnya, tetapi sudah terlambat. Dia terserempet kendaraan beroda empat dan dibawa kerumah sakit.

Aku murka dan kecewa kapada diriku sendiri. Sekarang saya menunggunya dirumah sakit. Dia pingsan, tetapi sudah siuman. Dia tidak mau menemui ku jadi selama 2 hari ini saya hanya menunggunya diluar kamar rumah sakit. Kenapa saya begitu ndeso pikirku,aku hampir saja membunuh Nadya untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan ku 3 tahun yang lalu. Ya... akulah yang membunuh Nadya tiga tahun yang lalu. Aku membunuh orang yang benar-benar saya cintai.

Hari ini saya pulang kerumah. Ada sesuatu yang harus saya renungkan. Apakah ini yang disebut karma?. Aku mulai mengingat-ingat cerita 3 tahun yang lalu. Andai saja 3 tahun yang kemudian saya tidak menyuruh Nadya untuk pergi. itu semua niscaya tidak akan terjadi. Saat itu saya sedang murka sekali melihat Nadya bersama pria lain. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri ia selingkuh. Saat itu ia berusaha menjelaskan semuanya tetapi saya malah mebentaknya. Menyuruhnya pergi dari hadapanku bersama pria barunya itu. Sebetulnya Nadya tidak ingin pergi, tetapi pria itu menarik tangan Nadya memeluknya dan membawanya pergi dari ku. Sehari sesudah itu Nadya menelponku beberapa kali tetapi saya tidak mengangkatnya. Lalu ia mengirim SMS kepadaku mengajak saya ketemuan, tetapi tidak saya hiraukan. Dan sore harinya saya mendpat kabar bahwa Nadya telah meninggal gara-gara kecelakaan sesudah ingin pulang kerumah dari kawasan dimana ia mengajakku bertemu. Andai saja waktu itu saya tiba untuk bertemu denganya. Pasti ia tidak akan mati. Andaiku lagi. saya kini amarah sekali pada diriku sendiri. Bahkan saya tidak tiba kepemakamannya. Betapa jahatnya saya ini.

Aku keluar rumah utuk berjalan-jalan menghirup udara segar.  Aku terhenti didepan rumah Nadya. Aku bengong dan tersenyum sendiri. Dulu saya sering kesini untuk bermain bersama Nadya. Aku sudah usang berteman dengan Nadya dan sudah dari kelas 1 Sekolah Menengan Atas kami pacaran hingga kelas 3 kita tidak ada pertengkaran serius. Keluarga Nadya juga sudah bersahabat denganku. 

“Kak Rendy” teriak seseorang membuyarkan lamunanku. “Kamu kak Rendy kan, sudah usang tidak bermain kesini. Ayo kak kesini, ibu kangen lho.” Katanya. Oh, ternyata ia ialah Jimi adik dari Nadya. 
“Hay Jim, sudah besar kamu. Sekarang kelas berapa?” sapaku pada Jimi. 
“2 Sekolah Menengah Pertama kak”. Jawabnya. 
“Eh Rendy ayo masuk kenapa diluar aja”. Kata ibu Nadya tiba dari dalam rumah. Mungkin ia keluar rumah alasannya ialah mendengar bunyi Jimi menyampaikan namauku.
“Oh makasih bu, saya Cuma jalan-jalan kok. Mau menghirup udara segar”. Kataku malu-malu menolak undangan Ibu Nadya. Aku masih merasa bersalah dengan apa yang telah saya lakukan. 
“Ayolah kak, mampir sebentar, ibu kanget banget lho sama kakak”. Bujuk Jimi. Aku pun alhasil masuk kedalam rumah Nadya. Aku benar-benar menjadi merasa bersalah sesudah ingat apa kata-kata Ibu Nadya kepadaku ketika saya kesini dulu. 
“Ren kau disini sudah saya anggap anak sendiri, tolong jaga Nadya dan buat ia selalu tersenyum ya”. Katanya waktu itu. 
SDan jawabku ialah “siap bu”.
“Maaf bu” tiba-tiba ketika itu mulutku mengucapkan katakata itu. “Aku tidak sanggup menepati janjiku” lanjutku. 
“Janji apa?” tanya Ibu Nadya heran. “Sudah lah Ren, yang berlalu biarlah berlalu. Ibu sebetulnya juga merasa murung tetapi tuhanlah yang memilih semuanya, mungkin ini sedah menjadi takdir Nadya. Biarlah Nadya hening disurga”. Kata Ibu Nadya mencoba menghiburku. 

Aku berkeliling kerumah Nadya dan berfikir sudah usang sekali ya Nad. Semoga kau senang disurga. Aku gres teringat bahwa dulu Nadya memiliki buku diary. Aku mencoba menanyakanya kepada Ibunya Nadya. 

“Apa barang-barang milik Nadya masih ada bu?”. 
“Barang apa?”, tanyanya padaku. 
“Seperti buku diarynya, apa masih ada?”. Jawabku.
“Sebentar saya cari dulu” kata Ibu Nadya sambil mengajaku pergi kekamar Nadya. 
“Ini.. ibu masih menyimpanya. Semua barang Nadya masih ada disini. Kamarnya pun masih sama menyerupai dulu, saya tidak ingin melupakan Nadya” kata ibunya Nadya kepadaku. 
“Boleh saya mebawanya?” pintaku. 
“Boleh” jawabnya. Akupun segera pamit untuk pulang alasannya ialah bila saya berlama-lama dirumah Nadya niscaya akan menciptakan ibunya Nadya menangis murung alasannya ialah mengingat Nadya.

Setelah hingga dirumah saya mulai membaca diary Nadya. Betapa kagetnya saya membaca halaman terakhir di diarynya. Hari dimana ia meninggal. “Betapa bodohnya diriku ini. Aku telah melakuakan suatu kesalahan besar, kenapa saya menduakan padahal Rendy begitu lapang dada mencintaiku, saya tidak pernah melihat Rendy semarah itu kepadaku. Aku akan mencoba untuk memperbaiki semua ini, meperbaiki kesalahan yang telah saya lakuakan. Aku masih menyayangi Rendy dan berjanji untuk tidak menduakan lagi, saya harap Rendy mau mempercayaiku. Apabila kita tidak sanggup bersama lagi. dan Rendy membenciku. Dan saya tidak ada lagi. saya ingin menebus semua kesalahanku. Ya Allah tolong berikan perempuan yang  benar-benar Rendy cintai yang sanggup membahagiakan Rendy dengan tulus. Aamiin.”. tulisnya.

Ya.. kini saya mengerti, mengerti semua perasaan Nadya. Terima kasih Nadya telah mencintaiku. Aku bersyukur untuk itu. Tapi kini saya harus menatap masa depan. Biarlah masa kemudian ini tetap diingatan ku. Ini akan membantuku untuk melangkah lebih jauh lagi. Mungkin Nadya yang kini berada di rumah sakit ialah kiriman dari Nadya yang kini berada di surga. Aku tidak akan mengulangi kesalahanku untuk kedua kalinya lagi. saya kini benar-benar yakin bahwa saya menyayangi Nadya dan tidak akan ku biarkan Nadya pergi dari ku. Sekarang saya harus kerumah sakit untuk meminta maaf kepada Nadya dan memulainya dari awal lagi.

Profil Penulis: -
Advertisement

Iklan Sidebar