SENJA
Karya Ikke Nur Vita Sari
Jarak yakni sebuah ujian cinta, relasi yang terjadi dengan terpisah jarak dan waktu memang sulit. Tapi bila hati bisa bertahan untuk setia, maka cinta akan menawarkan makna terindah dalam relasi itu.
Sekolah Menengan Atas N Yosowilangun, sekolah yang ku tempati ketika ini bersama teman-temanku. Kisah ini berawal dari hari pertama saya masuk sekolah, dihadapkan dengan Masa Orientasi Siswa. Aku berangakat dengan sepeda motor tuaku yang sengaja ku titipkan di rumah tante Rosa, alasannya rumahnya tidak jauh dari sekolahku. Bel masuk berbunyi, bulu romaku berdiri ketika melihat para OSIS beraksi. Kupandangi satu persatu OSIS yang berdiri di depan kelas, ternyata wajah imut-imut itu bisa bermetamorfosis sangat menakutkan.
Hari pertama tidak begitu panjang, saya melewatinya dengan santai bersama sahabat baruku yang baik. Hari kedua dan ketiga, saya selalu menerima problem alasannya dianggap terlalu hirau taacuh dan mengententidakan, ”Kamu ya, nggak ada takutnya sama abang kelas”hardik salah satu OSIS pemuda dengan marah. Aku hampir ingin pingsan bila sahabat baikku tidak tersenyum di belakang mejaku, ”Hey, kau kok betah sih di omelin, kalau saya muntidakin udah pingsan” saya tersen yum, sahabat ini memang unik. Teman sekaligus sahabat baikku ini berjulukan Elang, ia selalu besar hati dengan namanya meski tak pernah ada yang menyukai nama itu. Aku sadar tak boleh jatuh cinta, alasannya saya harus menjaga hatiku untuk satu orang yang jauh disana.
”Hai Alvin, kau gendut banget sih” saya memandang boneka kecil yang pernah diberikan Alvin ketika usai pertandingan TIMNAS U-17 di Jakarta.
Kekasih yang saya kenal ketika pertandingan TIMNAS U-17 dengan Semen Gresik ini memang bisa memikat hatiku semenjak perkenalan pertama, selain ia populer baik dimata saudaraku yang ada di Jakarta itu, Alvin juga sosok yang romantic dan penuh perhatian. Tanpa sengaja Elang melihat boneka kecil yang selalu ku bawa kemanapun saya pergi.
”Alpian Vinno Riztyawan, siapa dia?”,
”Dia seseorang yang saya cinta”,
”Oh rasanya ia sangat special di hatimu”,
”Iya, ia benar-benar spesial”.
![]() |
| Senja Karya Ikke Nur Vita Sari |
Aku sempat melihat raut muka Elang yang tampak kecewa, entah mengapa saya tak tahu. Bel pulang pun berbunyi.
”Hey, mau pulang sama saya nggak?”,
”Aku pulang sendiri aja deh, lagian rumah kau kan jauh dari rumah aku”,
”Aku antar pulang ke rumah kau gimana? Sekalian saya pengen tahu jalan ke rumah kamu”,
”Aduh maaf ya, saya bawa sepeda sendiri jadi nggak bisa bareng sama kamu”,
”Oh ya udah, kita pulang bareng aja naik sepeda sendiri-sendiri. Gimana?”,
”Ya deh alasannya keliatannya kau maksa, saya nggak bisa nolak tapi kita ambil sepedaku dulu ya di rumah tante Rosa”seketika Elang tersenyum sesudah usahanya berhasil.
“Senja!!”teriak Elang dari kejauhan,
”Ada apa?”,
”Nggak, saya cuma pengen bareng kau aja, emang kenapa kau kok nggak bawa sepeda ini ke sekolah aja?”,
”Nggak apa-apa sih, saya cuma nggak PD aja bawa sepeda bau tanah ini ke sekolah”,
”Hmmm. . Super Cup 80 ini keren kok walaupun modelnya emang bau tanah banget”.
Hari ini saya masuk di kelas baru, tanpa di duga ternyata saya satu kelas dengan Elang. Aku selalu ingat dengan mulut Elang tempo hari. muntidakinkah kekecewaanya itu ditujukan kepadaku.
”Eh kelas kita yang mana Lang?”,
”Sebelah situ, bareng sama saya aja nanti saya cariin kenalan buat bantu kiprah kelas, hehehe” saya masuk bersama Elang, ternyata kelas ini sangat menyenangankan tetapi tidak ada sahabat yang seakrab Elang,
”Eh Lang, saya jadi nggak lezat sama temen-temen yang lain”,
”Kenapa?”,
”Ntar dikiranya kita ada apa-apa kan saya sama kau cuma sahabatan aja”,
”Ya biarin deh apa kata mereka, yang penting kan kita nggak ada apa-apa!”,
”Iya”.
Rindu, akankah ada penawar rindu ini yang semakin membelenggu hatiku, ”Kapan saya bisa bertemu denganmu, saya ingin menceritakan semua pengalamanku ini padamu”. Anganku melayang setinggi awan, tanpa sadar saya tertidur alasannya lelah melanda. Aku melantidakah pelan, sebuah ruangan yang amat sangat gelap dikejauhan ku lihat meja hijau yang menantiku duduk di dingklik terdakawa. Penuntutnya yakni Alvin, ku perhatikan lamat-lamat hakim dan jaksa yang ada ternyata jelmaan jiwaku sendiri.
”Ada apa ini, kenapa saya bisa di sidang ibarat ini?”,
”Saudari Senja, anda di tuntut sebagai pentidakhianat cinta”,
”Apa perkara yang saya alami?”,
”Anda telah mentidakhianati cinta saudara Alvin, anda telah melupakannya dengan bukti anda berselintidakuh dengan Elang”,
”Tunggu, saya tidak pernah berselintidakuh dengan Elang, saya hanya bersahabat dengan ia tidak lebih dari itu”,
”Lalu kenapa kau melupakanku?”ucap seseorang yang tidak lain yakni Alvin,
”Alvin?Aku nggak pernah melupakan kamu, selama ini saya selalu menunggu kabar darimu tapi nggak ada sedikitpun isu tentangmu. Apa jangan-jangan kau sendiri yang selintidakuh?”.
Aku menatap Alvin yang hanya diam membisu, ”Baiklah, saya cabut tuntutanku padamu, kini lupakanlah saya dan anggap semua ini tidak pernah terjadi” Alvin pun pergi meninggalkan ruangan itu bersama kabut yang tebal.
”Alvin tunggu…Alvin. . !” teriakku memanggilnya, tapi Alvin sama sekali tidak menghiraukan teriakanku.
Aku terbangun dari tidurku, sesudah adzan berkumandang saya beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum shalat subuh. Pagi ini saya melihat ada yang asing dengan Elang,
”Senja, saya mau ngomong sesuatu sama kamu”,
”Mau ngomong apa, ngomong aja?”,
”Aku suka sama kamu” saya terkejut mendengar ucapan Elang,
”Kenapa kau bisa hingga suka sama aku?”,
”Kamu itu baik, saya udah nyimpen perasaan ini semenjak lama”,
”Maaf, saya nggak bisa dan nggak muntidakin balas cinta kamu”,
”Aku rela walaupun saya cuma simpanan kamu, yang penting saya bisa liat senyum kau tiap hari”,
”Lebih baik kita sahabatan aja”. Aku pergi meninggalkan Elang,
”Kenapa kau menolaknya, bukankah ia selalu menciptakan kau bahagia?”ucap seseorang di belakangku,
”Alvin?”,
”Iya, Senja saya minta maaf sama kau alasannya selama ini saya nggak bisa bikin kau bahagia”,
”Aku nggak minta apapun dari kamu, saya hanya ingin cinta kau tetap milik aku.”
Alvin memelukku, sungguh senang hatiku bisa berada dekat dengannya. Maafkan saya Elang, kau yakni sahabat terbaik yang pernah saya miliki, tapi rasa sayantidaku padamu takkan bisa menandingi rasa cintaku pada Alvin. Terima kasih untuk semua yang pernah kau berikan kepadaku senyummu tak akan hilang dari ingatanku.
Profil Penulis:
Ikke Nur Vita Sari
Mahasiswi
Fb : Ikke N Vita Sari
Twitter : Ikke Vhyta
Advertisement
