IZINKAN AKU MELIHATMU WALAU YANG TERAKHIR
Karya Anggita Erma
Hari terus berjalan tanpa ada henti, deng an seiring waktu yang terus berputar mengikuti Porosnya, semakin usang terasa sangat sunyi, sulit ku jalani tampanya ,kekasih yang menghilang tanpa alasan ,meningalkan saya sendirian ,menjalahi sisa hidupku ini, ingin saya memutar waktu, namun apakah mungkin bisa. Jerit tangisku saya pedam, bersama cinta yang meng hitam.
Aku terus berjalan mengikuti arah yang tampaknya berarah kesebuah taman, saya tak dapat menghentikan gerakan kakiku ,tekatku sangat seriu ingin ketaman.
Tak terasa, saya telah berada di taman, suasana begitu ramai, dan keadaan taman juga agak berbeda terlihat rerumputan yang terlihat agak panjan,aku terdiam, hatiku masih sangat teriris tak menyangka pujaanku melepaskaan saya dengan begitu mudahnya, janjinya ia ingkari hanya untuk perempuan lain, terlihat dingklik yang masih kosong yang eksklusif kutempati.
Sejena saya tersentak menyadarkan lamunanku yang mengalihkan pandanganku ke seorang perjaka yang sedang duduk, tepatnya didepan aku duduk, bersama wanita, filingku menyampaikan bahwa beliau adalaah ali lelaki pujaanku,mataku terus menatapnya hingga tak terlepas, rasa ingin tau sugguh menguncingku, saat ia menoleh memang benar dugaanku, beliau yaitu ali. Aku tak menyangkan begitu gampang nya ia melupakanku. Perasaan yang tak dapat menahan air mata. Apakah ini rasa terakirku untuk tegar,dengan cepatnya ak menemuinya.
"Ali...."pangilku sediki kecewa sambil nangis. Ia pun menatapku dengan rupa agak kaget.
"Ongi, kau ngapain ada di sini, kau sama siapa?"tanyanya masih menatapku, saya melongo tal menjawab tanyanya, tak sangup saya menutur tanyanya
"Ayo sayang kita pergi, saya dah bosen disini"ajak reni agak jeles, sambil meliriku agak ngak suka
"Tap kan ren ongie gimana?"tanya ali ibarat tak tega meningalkan saya sendirian
"Udah ngapa, lagiankan lo sama beliau udah andkan, yaudalah ngak usah difikirin, ayuuuuuk"serunya agak manja
"Gie, saya pergi dulu ya, jaga dirimu baik baik ya "kata ali meningalkan saya sendiri ....
Malam berganti , terasa sangat sunyi, sehabis apa yang gres saja saya alami, tiba tiba kepalaku terasa amat sakit. Dan saat akku terbangu saya sudah berada dirumah sakit. Fitrilah yang membawaku kerumah sakit ,aku tak mengerti apa maksut menangis. Aku takuk bila ia mengetahui penyakitku yang sebenarnya, yang selalu saya sembunyikan dari mereka mereka. Ia berjalan mendekati saya tidur dalam keadaan di infus. Ia terlihat sangat pucat, dengan mat yang membengkak alasannya habis nangis.
"Fi, kau kenapa kok nangis?"tanyaku agak kahwatir, soal. Penyakit yang ak rahasiakan lumaya lama.
"Ongie, kau kenapa sih ngak jujur sama aku, apa salah ku , kenapa kau ngak ngasih tau aku, bila sebetulnya kau menderita penyaki kangker otak! "serunya menangis
"Maafi aku, saya ngak bisa..."paparku mencoba memeluknya
"Kenapa, gie, pantesaan aja rambut kau rontok terus, karna ini terus hidung kau serin berdarah juga karna ini, ongie saya ngak dapat bayangin kalo kau kenapa lkenapa"tangisnya sangat syok
"Fit, saya kesepakatan saya ngak bakal kenapa kenapa, saya juga ngak mau kenapa nappa "tuturku agak ragu
Tak usang sehabis saya mencoba untuk tidur, ada suster yang tiba untuk mengusut ke adaan ku
"Mbak harus istirahat dulu mbak "kata suster berika suntikan di infusku
2 hari telah berlalu, dan alhasil saya diperbolehkan untuk pulang kerumah, meski keadaanku sangat menguatirkan. Sedampainya dirumah akupu eksklusif istirahat, kebetulan bulan bulan ini fitri dirumanya sendiri, jadi ia pun untuk sementara tingal dirumahku.
"Gie lkamu istirahat dulu, jamgan kemana mana, saya mau kewarung dulu, mau beli nasi buat nanti, kau minum obat"katanya brrpesan saya hanya mengangu ngangukan kepalaku
Cukup usang fitri petgi, hingga saya mulai bosan. Akupun berjalan kedepan untuk menghilangka rasa bisan ini sore ini, awan tampak begitu gelap, ibarat tanda tanda hujan yang akan menguyur malam hari, sejenak saya melamu.
![]() |
| Izinkan Aku Melihatmu Walau yang Terakhir Karya Anggita Erma |
Detrtttt.. Suara petir terdengar, yang saya eksklusif tersentak, langit sangat menguaturkan, menbuat orang ta berani untuk keluar dari ruma. Fitri juga amat lama, entak kemana dulu i pergi. Tiba tiba hpku berbunyi yang menandai ada sms dari ali.
"Ongie, saya cuma mau bilang, kalou mulai. Sekarang tolong kau jauhi aku, karna mulai sekarang saya dah benci kamu"
Derai air ku terjatuh sehabis membaca pesan darinya,begitu mudahnya ia menyampaikan ibarat itu. Aku tak dapat hidyp tampa beliau , hujan turun amat deras , tiba tiba hidungku berdarah dan kepalaku terasa sangat sakit dan akupun terjatuh pingsan, saat fitri tiba akupun eksklusif dibawa kerumah sakit ,yqng kemaren lagi. Aku mengalami keritis.
"Fit.."pangilku meringik kesakitan fitri mendekatiku, sqnbil nqngiis
"Maafin aku, karna saya ngak bisa tepati janjiku"sambilku dengan nada sangat lemah
"Ngak papa kok, tapi kau harus tepati kesepakatan yang ini ya, kau jang pernah tinggal'i aku"jawabnya sangat terpukul
"aku ngak bakal ningalin kamu, tapi maaf saya dah ngak kuat"paparnya sangat lemes,makin usang keadanya makin melemah"enggakkkkkk!kamu ngak boleh ngomong kaya gitu, a harus kesepakatan kau ngak bakal ningwlin akuuuuuu"sentaknya makin bersedih
"A...aaaaallli "katanya makin lemah
"Gie, kenapa sih kau masih mikiri beliau ha! di t udah jahat sama kau .."kata fitri agak kesel
Detakan jantungnya menuru lemah dan harapanya ia hidup hanya lima persen saja
"Izinkan saya melihatnya walau yang terakhir aja"katanya sangat memohon. Fiti makin kesel, ia terdiam
"Tolong, fit,"kataku meraba mencoba memegang tangatnya
"Ok, saya bakal wujutin, pesan terakir kamu, kau bertahanya"katanya memeluku sudah sepukuh kali fitri menghubungi ali namun, telfonya selalu dirijek
"Gie ali ngak ngakat telfonya,aku coba bbm diya ?"katanya sangat sedih
"Aku udah ngak besar lengan berkuasa fit"balasku, agak susah Fitri sangat cemas dengan keadaanku
"Li, saya mohon demi ongie, kau mau menemuinya. Mungkin ini hari terakhirnya melihat dunia. Dia sangat menyayangimu, tolong plis kau dateng untuknya"
Pesan fitri, telah dibaca ali,ia pun eksklusif syok dan ia juga nyesel, karen yelah ngerijek telepon fitri. Dengan sangat cepatnya ia mengendarai sepeda montornya sesampainya dirimah sakit ia eksklusif melangkahkan kakinya denga secepat tenaga yang ia miliki, namun saat ia sampa ongie telah menghembuskan nafas terakhir nya, ia sangat terpukul, alasannya ia tak dapat mengasihi ongie sewaktu ia masih bernafas.
"Li, udah iklasin aja biari ongie dapat pergi dengan tenang"kata fiti mencoba menenangkan ali yang sangat syok dan terpukul "makasih ya fit kau udah menyayangin ongie"papar ali menghapus air matanya
"Iya" kata fitri masih sedih. Merekapun pergi meningalkanku, mereka berjala sangat ragu ragu ...
Ttttttammmmmat
Profil Penulis: -
Advertisement
