4MA1MI CONQUEROR OF BLACK FOG
Karya Andi Nurjannah
“Kami tak suka keramaian,kumpulan orang-orang tak menciptakan kami PD’. Lebih baik kami tidak tiba di setiap pesta yang di adakan teman-teman kami dari pada bertingkah memalukan.” Itulah yang menjadi penyakit kami yang tak pernah hilang-hilang. ku pandang satu-persatu sahabat-sahabatku tak ada hal yang menunjukan akan adanya kelainan yang menciptakan kami harus menghindar dari orang-orang, tapi entah mengapa rasanya memang lebih baik ibarat ini bersembunyi dibandingkan mengekspos diri didepan orang banyak. Hari ini kami berkumpul diperpustakaan milik ayahku, kami berencana berguru bersama. Ruangan ini daerah yang paling kami sukai selain banyak buku-buku bersejarahnya yang kira-kira umurnya sudah mencapai puluhan tahun juga daerah yang damai dan sepi untuk kami pakai berdiskusi.
“Hari ini lebih baik kita melanjutkan kiprah yang kemarin” terang Bima kepada kami.
“Tunggu, bukannya katamu ada beberapa bahan yang tidak diketahui, apakah jawabannya sudah kau temukan?” tanya Harma pada Bima.
“Betul, tapi saya menyuruh Mimi untuk mencarinya.”
“Aku sudah menemukan jawabannya, tapi saya merasa ajaib dengan tanggapan itu.” Kata Mimi sambil menyodorkan selembar kertas pada Bima. saya coba untuk mendekat tapi sebelum saya beranjak dari daerah dudukku tiba-tiba lampu diruangan itu padam. “ada apa, kenapa lampunya mati?” teriak Nisma ketakutan.
“Tunggu sebentar supaya kuperiksa.” Aku berjalan menyusuri kegelapan, dan mencoba mencari sesuatu yang sanggup ku pakai untuk menuntunku kepintu. Ku pegang rak-rak buku yang berjejeran diruangan itu.
“Auuuuww.. ..” teriakku kesakitan. Kakiku tersandung sesuatu yang sangat keras.
“Elma. Kamu baik-baik saja kan?” kudengar bunyi Bima kearahku dan memcoba untuk membantuku.
“Aku baik, tapi sesuatu menghalangi jalanku.” Bima mencari tahu apa yang gres saja menghalangi jalanku namun ia tak menemukan apa-apa. Teman-teman yang lain tiba untuk membantu. Ketika mereka hendak mendekat lampunya menyala namun kali ini redup.
“Elmaa, awaaaas...” teriak Nisma dan Mimi bersamaan. Seketika saya terlempar, badanku tersungkur kearah pintu, beling mataku terlempar entah kemana.tulang-tulangku serasa remuk, saya tak sanggup bangun.
“Bangun Elma, ayo bangun.” Bima mencoba untuk menolongku namun dirinyapun terlempar. Teman-teman yang lain panik mereka ingin membantu namun ragu-ragu.tanpa sengaja Aku melihat cahaya walaupun redup namun masih terlihat olehku.
“Hei, siapa kau jauhi teman-temanku...” Nisma memutuskan untuk melawan mengerahkan seluruh tenaganya dan mengeluarkan cahaya.
“Nisma, ada apa denganmu? Kenapa kau ibarat ini?” kali ini teriak Harma. Disisi lain Bima mencoba mendekat kearahku, mencoba menolongku. Mimi dan Harma mencoba membantu Nisma. Ntah saya sadar atau tidak tapi saya melihatnya, saya melihat sesuatu yang benar-benar mustahil, saya tak percaya Nisma yang selama ini kukenal dengan sifat penakutnya dengan gagahnya melawan sesuatu yang benar-benar ajaib seperi insan namun diselubungi kabut hitam. Nisma mengeluarkan percikan-percikan api dari tangannya dan mengarahkannya ke insan kabut itu dan seketika kabutnya lenyap dan ruangan itu menjadi terang lagi. Nisma yang tadinya berjuang kini tergeletak dipangkuan Harma, hal ajaib terulang kembali namun kali ini Mimi yang mengakibatkan hal eneh tersebut. saya melihat Mimi mengeluarkan cahaya dan mengarahkannya ke Nisma.
“Terima kasih Mimi, setidaknya tenagaku sudah pulih.” Nisma sudah sadar, saya minta sumbangan Bima untuk membantuku ke arah sahabat-sahabatku. Suasananya menjadi aneh, semuanya membisu seolah-olah tidak ada yang terjadi. “aku mimpikan, semua ini hanya halusinasiku kan?” tanyaku pada mereka. “tolong jawab pertanyaanku, saya Cuma berhalusinasi kan?” tanya ku lagi. Tetap saja tak ada jawaban.
“Oke, bila ini mau kalian itu artinya kalian tidak menganggap saya sebagai sahabat kalian.” Tegasku.
“Kami tidak bermaksud deperti itu?” jawab Harma dengan nada penyesalan.” “kalau begitu tolong jelaskan semuanya, apa yang gres saja terjadi.” Pintaku pada mereka. Mereka hanya saling memandang satu sama lain.
“Oke, sebelumnya maaf sebab kami menyembunyikannya padamu, kami melaksanakan ini demi kebaikanmu.” Mimi mencoba untuk menjelaskan.
“Maksud kau apa? “ tanyaku penasaran.
“Elma, jangan salah paham dulu, betul kata Mimi?” kali ini Bima angkat bicara.
“Kami gres tau beberapa hari yang kemudian bila beberapa diantara kita mempunyai kekuatan, awalnya saya melihat Mimi menyembuhkan orang yang gres saja mengalami kecelakaan dan tak ada impian untuk orang itu sanggup hidup lagi tapi ketika Mimi menyentuhnya seketika orang itu bangun. Aku resah dengan insiden itu, saya pikir ini hanyalah halusinasiku namun Mimi membenarkan hal itu.” Nisma mencoa menjelaskan dan menciptakan saya percaya akan ceritanya.
“Betul, maaf sebelumnya saya tidak cerita. Tapi orang tuaku melarangku untuk menceritakannya pada orang lain. Kali ini Mimi menjelaskannya. Nisma mendekat kearahku dan memegang tanganku
“Karena kau sudah melihatnya, maka itulah yang terjadi diantara kita semua. Yang niscaya ada sesuatu yang mengincar kita.”
“Entah apa yang sedang kalian bicarakan, cukup insiden tadi membuatku takut jangan membuatku tambah pusing lagi.”
Mungkin sebab tidak tahan mendengar perdebatan kami Bima pun bicara mencoba menjelaskan semuanya “ baiklah, sebab semuanya sudah terbongkar lebih baik saya ungkapkan semuanya. Dengar...” belum sempat Bima menjelaskannya tiba-tiba Harma memotong kata-katanya “ jadi kau tau perihal ini?”
“Harma, tolong dengar dulu. Begini sebetulnya saya sudah tau semenjak pertama kita bertemu bahwa kita semua ini mempunyai kekuatan masing-masing. Tapi demi keselamatan kita semua saya lebih menentukan untuk membisu dan tidak menceritakannya. ibarat yang dikatakan Mimi, sebetulnya orang renta kita terlibat dengan problem ini dan menyuruh kalian untuk tidak menceritakannya pada orang lain. Dan yang menciptakan saya resah yaitu problem apa yang sedang kita hadapi kini ini. Harma saya tau kau sanggup menceritakan apa yang terjadi dengan keistimewaan yang kau miliki?” mengerutkan kening melihat kearah Harma.
“Bima, tolong jangan melihat saya ibarat itu, baik memang saya sanggup baca pikiran dan melihat masa depat tapi jujur saja saya tidak sanggup melihat apa sebetulnya yang sedang kita hadapi, seolah-olah pandanganku terselubung kabut hitam. Tapi satu hal yang saya tau semua ini terjadi sebab kehadiran kita semua, terutama Elma”
![]() |
| 4ma1mi Conqueror Of Black Fog Karya Andi Nurjannah |
Aku mencoba untuk berdiri dan meluruskan semua yang dikatakan teman-temanku.
“Bim, jadi kau tau tapi tidak menceritakannya pada kami?, dan kau Harma niscaya kau menerima pirasat perihal insiden barusan. Kenapa kau tidak menceritakannya?” belum sempat mereka menjawab tiba-tiba terdengar bunyi langkah kaki diluar ruangan. Tidak hanya satu orang ada dua. Tidak, bukan dua kini menjadi lima bahkan lebih. Semakin mendekat seakan menuju kearah kami.
“Harma, kau niscaya tau siapa yang berada diluar sana?” tanya Mimi ketakutan. “ suaranya ribut sekali saya tak sanggup melihatnya”
Semakin dekat, sangat dekat. Dan tidak disangka ayah dan ibuku berada diantara mereka, betul sekali mereka orang renta kami. Ku coba mencari kacamataku yang terlempar untuk memastikan apakah betul itu ayah dan ibu.
“Anak-anakku, kini kalian sudah mengetahuinya. Kini saatnya untuk kalian bersatu. Kalian disatukan untuk melindungi daerah ini. Didalam ruangan ini terdapat Buku yang sanggup menghancurkan para Iblis kabut hitam namun buku itu sudah beratus tahun terkubur dan tersembunyi di daerah ini hanya satu yang sanggup menemukan dan membacanya yaitu Elma.” Para orang renta menjelaskan, saya dan teman-temanku menjadi resah dan semakin tidak paham dengan apa yang terjadi.
“Jadi maksud kalian kami semua harus melawan iblis kabut hitam?” tanya Bima
“Yang lebih tepatnya kalian akan melindungi dunia ini dan menyelamatkan semuanya, sebab bila buku itu jatuh ketangan iblis kabut hitam maka dunia dan isinya akan gelap terselimuti kabut, dan seluruh orang-orang akan kehilangan hati nuraninya akhir tertutup kabut hitam.” Kali ini harma mencoba menambahkan “ saya mengerti kini setiap saya melihat kearah Elma saya merasa bahwa Elma berlumuran akan cahaya, jadi bila cahaya melawan kabut hitam, kebenaran melawan kejahatan niscaya kemenangan berpihak pada kita.”
Setelah klarifikasi panjang lebar semua menjadi lebih dimengerti. Sekarang yang dalam ancaman yaitu aku, iblis kabut hitam mengincarku. Hari itu kami tidak pernah berpisah orang renta kami, selalu bersama dengan kami. Entah itu tengah malam nanti, besok ataupun lusa akan ada ancaman besar yang mengintai dunia ini. Yang sanggup kami lakukan hanyalah menunggu dan tetap berhati-hati.
Keesokan harinya Bima, Nisma, Mimi memutuskan untuk ke sekolah. Aku dan Harma akan tetap diperpustakaan bersama orang renta kami. Tidak ada gejala akan adanya ancaman tapi tetap saja kami harus berhati-hati, tak lupa kami juga selalu berkomunikasi dengan teman-teman yang ada di sekolah. Harma mengejutkanku,berbisik padaku dan berkata
“Siapkan dirimu Elma,dia telah datang, mencarimu. suasana berselimutkan kabut berada didepan mata.” Seketika saya terkejut, saya takut, saya berbeda dari yang lainnya. Sahabat-sahabatku mempunyai kekuatan untuk melindungi diri mereka masing-masing, sedangkan saya hanya sanggup meminta sumbangan dari mereka.jangankan melindungiku, melindungi diri mereka sendiri saja belum tentu berhasil. Harma mencoba menghubungi teman-teman yang lain untuk segera berkumpul. Sementara saya belum juga menerima petunjuk perihal buku itu. Aku cari dirak-rak buku yang terdekat kemudian rak yang lainnya, terkadang saya menilik kembali rak yang telah ku periksa sebelumnya namun tetap saja tidak saya temukan.
“Harma, apa kau tidak sanggup melihat buku itu?” tanyaku pada Harma dan duduk untuk menghilangkan rasa letihku.
“Kekuatanku tidak sekuat itu, buku yang kita cari bukanlah buku biasa.” Jawab Harma serius.
Tiba-tiba saya mengingat buku yang pernah Nisma baca diruangan ini, katanya buku itu ajaib dan tidak ada tulisannya. Jangan-jangan buku yang dimaksud yaitu buku itu.
“Astagaaa.. saya ingat buku itu ada di kamarku, tunggu sebentar saya akan mencarinya.” Aku beranjak dari daerah dudukku dan berlari menuju kamarku.
“Elma tunggu, supaya saya menemanimu,,” tanpa mendengar Harma saya tetap berlari keluar. Harma menyusulku dibelakang. Kalau tidak salah buku itu saya simpan disekitar daerah tidurku. “ahh.. ia betul, ada dibawah bantalku.” Ku coba mendekati daerah tidurku. Tiba-tiba kakiku tidak sanggup digerakkan, tanganku tak sanggup meraih buku tersebut. Semakin ku melawan semakin sakit pula tubuhku.
“Elma, saya akan menolongmu.” Teriak Harma, tak tanggung-tanggung Harma melawan kekuatan itu dan mencoba melepaskanku. Akupun selamat namun kini giliran Harma yang tersiksa dengan cengkeramannya. Ku coba untuk membantu sebisaku, Namun saya tak bisa. ku ambil buku itu dan kali ini seolah-olah sesuatu mendorong tubuhku dan terhempas kearah lemari, kacamataku hancur berkeping-keping, buku itu terjatuh entah kemana. Ku coba untuk bangun dan mencarinya. Harma berlari kearahku membantuku untuk mencari buku itu. Tiba-tiba kabut tebal muncul mengeliliku dan Harma seakan mencekik leher kami. Dari atah luar terpancarkan cahaya, teman-temanku tiba untuk menolong. Kabut hitam lenyap, kulihat Harma tergeletak lemah ku coba menolongnya dan menyuruh Bima untuk menemukan buku itu di bantu oleh Nisma. Mimi mendekat kearahku dan menyembuhkan Harma. Bima mendapatkan buku itu dan melemparkannya kearahku. Cepat-cepat kubuka buku itu dan mencoba menemukan kuncinya. Tapi saya tak tau, ibuku teriak
“Elma, gunakan darahmu untuk membuka kuncinya.” Aku tidak mendengar terang apa yang dikatakan Ibuku suasananya sangat ribut. Tiba-tiba ada yang menarik tubuhku kencang sangat kencang, saya tidak sanggup melawannya. Kali ini kabut hitam menampakkan wujud aslinya tak disangka kabut hitam itu yaitu jelmaan dari Pak Retno yang memberi kami kiprah sejarah yang tak kami ketahui jawabannya. Dia hanya mengayun-ayunkan tangannya dan menyebutkan mantra apa yang ia inginkan maka terjadilah. Tangan yang satu memegang benda tajam dan yang satunya lagi memegangku, ia mencoba mengambil darahku. Bima dan Nisma menolongku, namun merekapun menjadi tawanan iblis kabut hitam. Setelah mengambil darahku aku, Nisma, dan Bima dilempar kearah pintu. Nisma tak sadarkan diri sedangkan Bima kesakitan. Ibu dan Ayah kami mencoba untuk menolong tapi mereka malah terperangkap dan tidak sanggup berbuat apa-apa. Iblis itu memulai membaca isi buku dan menciptakan cahaya menjadi hilang.
Aku marah, kesal. Aku berusaha bangun dengan sekuat tenaga. Menarik napas dalam-dalam. Angin berhembus kencang, tubuhku terangkat dan mengeluarkan Cahaya.
“TIDAK AKAN KU BIARKAN KAU MENYAKITI SAHABAT DAN KELUARGAKU, ENYAH KAU..!!!” ku arahkan cahaya itu ke iblis kabut hitam seketika ia terlempar dan kabutnya menjadi redup.
“HAHAHAHA.. Elma! Elma! Tidak ada yang sanggup menghancurkanku.” Terdengar bunyi mengerikan itu. Kabut yang tadinya hilang kini menjadi tebal kembali. Kuulangi hal yang sama dan mengarahkan cahaya ke arah iblis itu, namun saya merasa dikendalikan kekuatanku tak sepenuhnya keluar, tapi beberapa ketika kemudian kekuatanku seakan bertambah detik-demi detik terasa lebih mudah. Ternyata sahabat-sahabatku membantuku dari belakang. Mengeluarkan seluruh tenaga yang tersisa.
“Berjuang Elma, demi kami demi keluarga kita” teriak Mimi dari belakang.
“Aku melihat cahaya yang sangat terang di hari mendatang, itu niscaya menandakan keberhasilan kita Elma. Berjuang!!” kali ini Harma menambahkan dan menciptakan keyakinanku bertambah. Tak kalah Bima berteriak
“BERJUAAAANG ELMAAA... saya percaya kamu”
“Baiklah teman-teman, mari kita akhiri semuanya!” teriakku.
Ku angkat tanganku dan mengarahkan ke arah iblis kabut hitam dan iapun menjadi pudar berserakan.
“Ingat bawah umur saya akan kembali” bunyi itu terdengar ditelingaku. Tapi saya tidak sanggup melihat apa-apa. Gelap sangat gelap.
“Elma, ini Ibu nak. buka matamu semuanya sudah berakhir.” Teriak ibuku sambil mendekapku erat.
“Akhirnya kau sadar juga, saya khawatir Elma?“ Bima mendekat.
“Elma, waktunya untuk mengakhiri semuanya, kau harus mengkremasi buku ini.” Ayahku memberi buku itu. Tanpa berkata apa-apa lagi saya pribadi membakarnya.
Keesokan harinya disekolah kami berkumpul diperpustakaan. Hari ini semua siswa sibuk mengurus persiapan PENSI yang akan diadakan disekolah kami.
“Bagaimana? Apakah kali ini kita akan tetap berada diperpustakaan?” tanya Bima kepada kami. “ Elma, saya berharap kau bersedia menemaniku keacara pensi” lanjunya lagi padaku seakan merayu.
Serentak sahabat-sahabatku yang lain bersorak
“Cieeeeeeee.... pergi saja Elma” sebab aib saya menentukan untuk mendapatkan proposal Bima dan berlari menuju kelas. Sahabat-sahabatku yang lain mengikutiku dari belakang. Dan Bima mendekat kearahku dan menggandeng tanganku.
“Aku melihat kebahagiaan akan menghampiri kita semua” kata Harma
Kompak mereka menjawab “AMIIIIIIIIIINNNN...”
#SELESAI#
Profil Penulis:
Nama lengkap Andi Nurjannah biasa dipanggil Anjan, daerah tanggal lahir palembang 16 maret 1995 namun kini tinggal di Makassar. hoby saya membaca dan menulis.
Advertisement
