LUKA ITU MASIH ADA
Karya Shilya Adelinda
Hujan membasahi sekujur tubuhku. Rintik-rintik air hujan itu menusuk kulitku. Kutengadahkan wajahku ke langit berharap rintik hujan itu menghapus semua rasa pedih dalam hatiku. Ku ayunkan langkah gontai menyusuri jalanan yang berair bukan hanya sebab hujan tapi juga sebab luka.
"Sayang, maaf tpi bsok saya harus menikah.." kata2 itu terngiang2 dalam kepala ku.
Pedih sungguh pedih. Tapi saya hanya membisu sehabis mendengar kata itu. Kenapa? Karena menurutku tak ada gunanya bertanya kenapa, bagaimana, kapan, dengan siapa. Yang saya tau yaitu fakta bahwa ia mencampakkan aku.
Ku tarik nafas dalam dan ku langkahkan kakiku menuju rumahku.
"Sayang, kau kenapa basah2an begitu? " mama mencoba meraba-raba badanku yang basah.
"Lepas, mama nggak usah urusin aku. Lebih baik mama urus aja pacar gres mama..." ku lepaskan genggaman tangan mamaku dan saya pergi meninggalkan mamaku yg menatapku dr kejauahan.
Kurebahkan tubuhku di ranjang. Ku tatap langit2 kamarku. Air mataku menetes. Pedih ini sungguh sangat menyakitkan. Aku tak sanggup mendapatkan kenyataan bahwa pria yang kucintai akan menikah dengan perempuan lain. Aku juga nggak sanggup mendapatkan bahwa mamaku akan menikah dengan laki2 lain selain papaku. Hidup macam apa ini, saya nggak mau hidup ibarat ini.
Sore itu, saya parkir mobilku di depan rumahku. Aku heran kenapa rumahku begitu banyak orang? Aku ingin tau dengan apa yg terjadi. Ku langkahkan kaki ku dengan cepat memasuki pekarangan rumah. Semua orang menggunakan baju hitam. Aku bertanya-tanya dalam hati siapa yang meninggal. Aku percepat langkahku memasuki rumahku. Saat langkahku mencapai depan pintu masuk, kakiku terhenti. Mataku menagkap sosok yg terbujur kaku di atas kasur di ruang tamu itu. Wajahnya pucat, bibirnya terkatup, matanya terpejam, dan ia ditutupi kain. Kakiku lemas. Aku tersungkur di depan pintu. Badanku menggigil. Mulutku tak sanggup berkata-kata. Aku merangkak dengan terbata-bata menuju jasad yang terbujur itu. Dengan tangan yg bergetar saya usap wajahnya. Aii mataku menetes.
"Kak Vanno, tidaakkk , kak vanno bangun, berdiri ... " tangisku meledak. Ku goyang2kan tubuh abang laki2 ku itu dengan sekuat tenaga sambil berteriak menyuruhnya bangun. Aku tak sanggup mendapatkan kenyataan ini. Sangat pedih. Aku pingsan di samping jasad itu.
![]() |
| Luka Itu Masih Ada Karya Shilya Adelinda |
Seminggu kemudian,
Aku langkahkan kakiku di rumah glamor itu. Rumah itu disulap menjadi daerah pesta yg sangat meriah. Sangat bagus dan menawan. Dengan perasaan was-was dan jantung yang berdegup cepat, saya memasuki rumah itu. Mataku menatap sosok yg berdiri di pelaminan itu. Tampan sangat tampan. Dia mengenakan baju penganten adab minangkabau dan berdiri gagah di pelaminan itu. Aku tersenyum sesaat dan lalu terdiam. Airmataku menetes menyaksikan laki2 yg kucintai bersanding dengan perempuan lain di pelaminan itu. Namun tak usang lalu ku usap airmata di pipiku sebab banyaknya para tamu. Aku nggak mau menjadi materi tontonan mereka dengan menangis di pesta janji nikah orang lain.
Sudah usang saya berdiri terpaku menatap laki2 itu. Ia yang ketika itu sedang tersenyum kepada para tamu tiba-tiba menatap kearahku. Pandangan kami bertemu. Wajahnya yang semula cerah eksklusif berubah sedih. Ia menatap ke arahku dengan tatapan sedih. Aku hanya terdiam. Temanku menarik tanganku menuju pelaminan itu. Ia tersenyum padaku. Aku mengerti maksudnya, ia menginginkan saya tetap berpengaruh mendapatkan kenyataan ini. Aku mengikutinya melangkah ke pelaminan itu. Aku berjalan menuju pelaminan itu dengan langkah gontai. Laki2 itu menatapku dan mengikuti kemana saya melangkah. Aku berjalan mendekati pria itu dan istrinya. Aku tersenyum pada perempuan itu dan mengulurkan tangan ku sembari mengucapkan selamat padanya. Setelah saya menyalami perempuan itu, saya beralih pada laki2 di sebelahnya, saya tatap laki2 itu, saya tersenyum padanya. Senyuman yang sangat pedih.
"Selamat menempuh hidup gres , Randy ..." kataku sembari mengulurkan tangan padanya. Cukup usang ia menyambut uluran tanganku. Setelah itu saya turun dr pelaminan itu dan melangkah keluar rumah. Tak sedikitpun saya membalikkan tubuh untuk menatap ia lagi.
Pagi itu saya melangkah keluar kamar dengan 2 buah koper di tanganku. Mamaku yang melihatku kaget dan eksklusif berdiri dari kursinya.
"Sayang, kau mau kemana? Dan brang2 ini?" mama memegang bahuku.
"Ma, saya mau pergi ke London.." ucapku sembari tersenyum
"London? Kenapa? .." mama masih menggenggam bahuku
"Aku mau memulai hidupku yang bru di sana, tanpa kak Vanno, tanpa Randy, dan tanpa Mama. Aku minta maaf ma, saya nggak murka sama mama tapi saya nggak sanggup mendapatkan kenyataan jika mama menikah lagi.. Aku minta maaf... Kalau berumur panjang, insyaallah kita akan bertemu lagi ... Semoga senang ma ..." saya memeluk mamaku dengan tetesan air mata. Kemudian saya langkahkan kakiku keluar dari rumah itu dengan tetesan air mata membahasahi pipiku. Aku pergi.
Profil Penulis:
Nama : shilya adelinda
Hp : 082283030307
Alamat : jl rajawali 2 no 127 , komplek air tawar, padang sumatera barat
Facebook : shilya adelinda adrizal
Advertisement
