Kuikhlashkan Kamu Dengannya Karya Latifah

Info Populer 2022

Kuikhlashkan Kamu Dengannya Karya Latifah

Kuikhlashkan Kamu Dengannya Karya Latifah
Kuikhlashkan Kamu Dengannya Karya Latifah
KUIKHLASHKAN KAU DENGANNYA
Karya Latifah

Siang itu sesudah jam kuliah selesal segera kulangkahkan kaki menuju daerah biasa aku, ralina sahabatku, dan seorang ikhwan yang kalem yang tentunya sahabatku juga, rizal. Namun meski dalam persahabatan ini ada seorang ikhwan batasan islam tetap ada. Kenapa persahabatn ini ada ikhwan? Karena kita punya kiprah yang sama “dakwah”. Tempat kita saling bertukar fikiran, bermuhasabah din. Tempat yang teduh, rindang dan nyaman. Kulihat rapina si jilbaber abu-abu dengan raut wajah pucat pasi di bawah pohon yang rindang nan indah. Kuhampiri ia yang tengah duduk sendirian, sorot matanya yang memberikan ketenangan. Senyuman yang menghiasi wajahnya semakin menambah keanggunannya.

“Lin....sendirian aja nihh, rizal mana??” Kuawali perbincangan dengannya.
“Hmmm....nggak tau....sibuk kali i! O,yaa tadi mba sinta bilang kita ngementor anak-añak aliyah al pesan yang tersirat . Ba’da ashar, nggak ada kuliah sore kan ??“ dengan senyumannya yang tersimpul manis diantara kedua lesung pipinya.
“Oh, yaa nggak lah ...heuu...ane kan cuma pagi doing, ogahh banget kuliah sore ....heeee...ok i! Mau barengan.. ??“jawabku, ia tampak memendam sesutu dan memalingkan pandariganriya kedepan. Hampa. Penuh kekosongan. Dan berbalik pandang lagi padaku.
“Gak tau nihh “singkatjawabnya.
Ku amati wajahnya dengan dalam sedalam-dalam air di lautan. “kenapa siee ?? Tumben kayak gini, gak bìasanya si akhwat periang ini tiba-tiba menciut kehabisan energy ...heheeheee....di putusin pacar yaa”candaku, tanpa isyarat kami tertawa dan ralina mencubit pipiku
“Aduuuhhhh, sakit tau ihh” keluhku. La segera menimpali candaku
“Iiihhhh...apaan sihh, semenjak kapan ada kata pacaran dikamus kita sayang ??“ dengan mengernyitkan keningnya.
“Ihh,tau dehhh...yuk ah let’s go” kujawab sambil berdiri dan memberesakn pakaianku yang sempat melipat alasannya yaitu duduk sembarangan dibawah pohon dengan beralaskan rumput yang hijau.
“Kemana ??“
“Ikutaja...” .

Kami berjalan menyusuri tangga satu persatu menuju perpustakaan kampus. Dengan ledakan canda tawa, senda gurau, dan segala sesuatu yang tidak menciptakan kami lelah menyusuri tangga untuk hingga di lantai 02. Selama 3 tahun dengan rapina senang sedih kulalul bersamanya, waktu ayahnya meninggal 2 tahun yang lalu. Waktu kita kajian di masjid ar-rahman dengan beberapa jilbaber dan universitas, institute, dan sekolah tinggi tinggi iainnya.

“Mmm....farah”

Ia melirikku kemudian mengalihkan pandangannyalagi kedepan sedang saya masih menatap ujung sepatuku yang berkaus kakikan warna cokiat, dan tetap memegang buku yang akan kukembalikan dengan satu tangannya lagi yang menggantung ke ranselku, paling nyman dehh kalo nyantelin tangan ke tau ransel hitamku. :

“Iyaa, kenapa...??” Jawabku tanpa melihatnya dulu.
“Kayaknya...” Dengan ragu la berkata. “ada someone yang masuk kerelung hati ini dehh...”
Dengan impulsif kujawab dan kaget.
“What....gak salah nihh?
Wajahnya merah merona “ssstt, jangan keras-keras ihh....”Pintanya.

Kemudian kami senyam-senyum yang orang lain tak mengerti apa yang terjadi antara kami

“Ahh....dasar, ada-ada aja ntar kisah lagi yaa..” Pintaku, dan tak terasa kami sudah didepan pintu perpustakaan. Aku dan ralina masuk.

***

“Siapa dihh?? Makara ingin tau !l”tanyaku sambil membuka pintu kendaraan beroda empat hitam milik abbyku. Begitu juga dengan ralina ia duduk disebelahku, kumainkan kunci kendaraan beroda empat dan segera menancap gas.
“Hmm...tau dehh”dengan senyumannya yang khas la jawab sekenanya.
“Ekhmmm....jadi gak mau cerita-cerita lagi nihh??” Dengan mendelikan mata kearahnya. La segera memainkan bola matanya, khas ibarat orang yang sedang berfikir.
“Kasib tau gak ya hihihiii...takut bocor ahh”
“Idihhh, emangnya bejana bocor....”
“Iyaa kalii..”

Segera tawanya meledak. Pipinya merah merona.

“Hmmm, ntar aja yaa, insya alloh ana kasih tau ko...”
“Ok il ane tunggu, awas yaa kalo sampe lupa”
“Heiii, ana juga insan kali, yang ada lupannya...”

Aku hanya menganggukan kepala dengan sedikit senyum. Tambah ingin tau siapa sihh ikhwan yang bisa menakiukan hatinya. Setau aku, dia orangnya sensitifan sama yang namanya ikhwan. Alasannya sihh supaya gak ada rasa ,aneh!. Dia memang berbeda dan yang lainnya. Penggemar warna abu-abu ini pinter, aktivis, cantik, anggun, teliti banget, literat, hening menghadapi masalah, sabar menghadapi saya yang cerewet, katanya. Pokok nya idaman para ikhwan dehh. Tapi ya begitu, mungkin ‘iffatul qulub.

“Yee sampe , ayoo turun” seruku. La hanya memalingkan wajahnya dan segera membuka pintu mobil.
“Eh,eh, eh....becanda kalii, keep smile mitra !!“ la hanya menyunggingkan senyumannya. Kulambaikan tangan.
“Bye....assalamualaikum...”
“Waalaikum sallam, syukron yaa...”
“Waa iyyaki...”

Kuangguka kepala sembari menebarkan senyum padany. Kujalankan kembali kendaraan beroda empat yang sedang kukemudikan menuju rumah. Alhamdulillah sejurus kemudian sampal dirumahku yang asri ini.

“Assalamualaikum...”Ucapku, didepan pintu rumah. Terdengar bunyi langkahan sandal dan dala rumah. Pintu terbuka dan slalu kudapat senyuman terhangat dikala saya sedih senang,ummi.
“Waalaikumsalam...”

Kucium punggungg tangannya tanda kesopanan anak terhadap orang tuanya. Kulihat jam tangn pertanda pukul 12.45 kusimpan kunci moil di atas meja makan.

“Mi...kamar dulu yaa, cape pengen tidur siang....”
“Makan dulu gihh, ummi masak kangkung kesukaanmu siang ini....”
“Wahh, masa siee, ahh ntar aja deh mi....” Jawabku singkat dengan sedikit senyum
“Ok !! Yaa udah ntar ummi bangunin.

Kusunggingkan senyuman padanya, ummi yang telah merawatku selama 20 tahun ini dengan kasih sayangnya, perhatiannya, dan segalanya. Sering kalà ia memanjakanku, makium anank satu-satunya. Bahagia ku mempunyai ummi sêperti dia. Tapi terkadang ummi membuatku agak kesal kalo di tanya duduk kasus ‘nikah’. Padahal usiaku masih relative muda loh. Katanya sihh nikah diusia muda lebih barokah dan gak usab pacaran dulu. Abby juga sering bilang kayak gitu, tapi alhamdulillah dia lebih memahamiku. Sayangnya, dia jarang dirumah kiprah pekerjaannya selalu menyita waktu untuk berkumpul denganku dan ummi. Untuk statement ummy yang terakhir sihh saya setuju-setuju aja. Pacaran sesudah menikah. Tapi untuk menikah diusia muda ?? Belum terfikirkan, calonnya juga belum ada, kuliahku juga belum tuntas. Tapi jikalau alloh telah menskenariokan saya untuk menikah diusia muda, insya alloh siap.

***

Jadwal hari ini cukup padat, saya harus beli buku ini buku itu dan lainnya untuk materi sknipsiku. Belum lagi jadwal dakwah, ngementor anak aliyah, trus liqo. Illahi yaa robb lelah rasanya. Tapi hidup mi takkan tersa indah bila tidak mencicipi asam, manis, pahitnya kehidupan. Jam mata kuliah pagiku selesai, saya segera meluncur menuju took buku gramedia untuk mencari buku materi skripsiku yang harus mulai kususun, beberapa buku kubeli sesuai dengan perintah dosen pembimbingkutapi rasanya, ada sesuatu yang berbeda. Kali ini benar-benar sendiri.sendiri.dan sendiri, tanpa ralina. Entah kenapa akhir-akhir ini ia jarang masuk, ketika kutanyakan via ponsel padanya ia hanya menjawab ‘ana balk-balk aja ko ukht., saya sendiri nyaris sibuk dengan banyak sekali acara hingga sampai nggak sempet jenguk sahabat sendiri.

Panasnya terik matahari begitu menyengat, seperti mengkremasi insan yang berlalu lalang dijalan ibu kota ini, pohon-pohon yang berjejer di tepi jalan itu, daunnya sedikit layu. Mobil berseliweran hilir pulang kampung kesana kemari. Aku tetap focus mengemudikan mobilku menuju madarash aliyah al-hikmah untuk kajian mentoring.

Seperti biasa mentoring berjatan dengan baik, ponselku menjerit. Ternyata ada message dan mba sinta salah seorang murobbyku ukht...mengingatkan, liqo ba’da ashar di masjid ar-rahman....sekalian ada hal yang ingin disampaikan, menyangkut ikhwan !.singkat dan terang sekali pesannya. Jantungku berdebar,ikhwan ?? Mungkinkah mba sinta telah memikirkan deng,an matang-matang keluhku yang dulu sempat kuceritakan padanya. Kuakhiri mentoring kali ini dengan kata-kata motivasi ‘man jadda wajada’ barang siapa yang bersungguh-sungguh niscaya beruntung. Sengaja disetiap pertemuan mentoring kuselipkan kata-kata bermotivasi supaya mereka bersemangat dala mencani ilmu.

Dengan hening ku kemudiakan kembali kendaraan beroda empat ini menuju mesjid ar-rahman. Terlihat tiga orang dengan seorang akhwat dan dua orang ikhwan di serambi mesjid itu. Antara dua orang ikhwan dart akhwat itu terpisah dengan tiang yang tinggi menjulang.kudekati mereka. Dan akhwat itu yaitu mba sinta, akh rizal dan akh hasan, murobby akh, rizal. Tapi kenapa akhwat yang lain tak ada bukannya jadwal kali ini liqo.ah, mba sinta membuatku heran. Adzan ashar berkumandang, segera kami melakukan sholat ashar berjamaah . Air wudhu kali ini benar-benar menyegarkan, terasa ada sesuatu yang berbeda entah apa dan entah mengapa hanya dia yang tahu maksud dan scenario-nya yang slaju indah. Alhamdulillah yaa robb saya masih bias mencicipi kenikmatan yang kau ben. Usai bermunajat ke dzat illahi robb mukena yang membalut tubuhku segera kulepaskan, melipat dan menyimpannya kembali ketempat asalnya, terasa ringan tubuh ini.

“Keluaryukk...mereka udah nunggufl” ajak mba sinta dengan bunyi lembut yang berada disampingku.
“Mereka siapa mba ??“ tanyaku. Yang ditanya malah ngeloyor begitu saja, saya hanya bingung. Kubuntuti mba sinta dan belakang mengikuti langkahnya dan langkah itu tertuju pada dua orang ikhwan yang tadi. Sepertinya ada sesutu yang mereka sembunyikan dariku,tapi entah apa. Rizal hanya tertunduk, dia memang statu begitu, berkata pun sepenturiya namun tegas. Kami duduk secara berhadap-hadapan persis ibarat bulat kecil, sebelah kiriku mba sinta, sebelah kananku akh hasan dan orang yang tepatnya didepanku yang sedang menunduk dengan khusyu’, rizal.
“Oke...kita mulai aja yaa...” Ujar mba sinta derigan senyam-senyum mba sinta pun kembali berkicau, namun dengan perlahan-lahan dan bertele-tele hingga membuatku kesal.
“Ihh..kenapa sihh...”Kataku dengan kesal. Mba sinta dan akh hasan mengalihkan pandangan padaku begitu juga dengan kedua bola mataku yang terus mendelik antara mba sinta dan akh hasan dengan mengernyitkan dahi.
“Mmm...oke, jadi gini. Mba udah memikirkan dengan matang-matang apa yang dulu anti katakan sama mba” ungkapnya dengan tatapan penuh penguatan seperti kita hanya berdua, kemudian ia lanjutkan kembali, sementara saya mengangguka kepala dengan pelan sembari menata hati dengan baik yang sempat bergemuruh tidak karuan ini.
“Ketikan mba memikirkan hal itu, akh hasan memberi tahu mba bahwa salah seorang ikhwan yang ikut kajiannyat engah menyampaikan sesutu hat yang bertujuan untuk rnenggenapkan diiennya,...dan kami pun berdiskusi termasuk dengan ikhwan yang tengah mengutarakan niatnya tersebut” jelasnya derigan rind. Sedikit demi sedikit saya mulai membaca fikiran mereka . Rizal masih dengan tertunduknya tanpa mengeluarkan sepatah katapun hanya sebentar-sebentar bergerak, mungkin agak kaku. Begitu juga dengan akh hasan ia sama sekali tidak berbicara hanya memperhatikan mba sinta yang tadi terus berbicara.
“Setetah diskusi selesai , alhamdulillah ada kesimpulan yang kita setujui, dan objek diskusi kita yaitu anti, dan ikhwan yang mengutarakan niat tersebut, rizal !” Tegas mba sinta.
“Ana ?? Akh rizal??” Aku hanya menunjuk diriku sendiri , rizal sempat menolehkan pandangannya padaku kemudian kembali lagi tertunduk, fikìran mereka yang sempat kubaca semakin membingungkanku, bantu-membantu ada apa? Kenapa objek diskusi kalian yaitu saya ? Aku bertanya-tanya dalam hati.
“Ana rasa, niat anti dengan dengan fiat akh rizal ini sama....insya alloh, alloh meridhoi kalian..” Pembicara beralih ke akh hasan.

Kutundukan kepala, menerawang kedepan mencoba mengartikan dan semua ini, illahi yaa robb mungkinkah pendampingku iñi yaitu seorang yang kini berada didepanku, seorang sobat sejawat, meski tak harus berkata jujur saya memang sempat menyimpan sebuah rasa pada ikhwan ini. Tapi itu dulu ketia pertama kali saya mengenalnya dan mengetahui akhlaknya yang luar blasa mengagumkan. Namun segera kutepis rasa itu, alasannya yaitu saya takut rasa ini timbul menjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

“Insya alloh...” Timpal mba sinta dengan senyumannya.
“Dan perlu anti ketahui bahwa sesungguhnya..” Rizal angkat bicara memberanikan diri untuk menyampaikan sesuatu yang tampaknya tengah mengganjal dihatinya, namun saya segera menyergahnya saya takut ada kata-kata yang nantinya akan menjadikan pengharapan yang tidak pasti.
"Cukup....” Sergahku.

Kuikhlashkan Kau Dengannya Karya Latifah

Semua mata tampaknya tertuju padaku, hati ini mencicipi sesuatu yang aneh, haru, bercampur bahagia. Jika itu yang dimaksud .aku sangat,sangat dan sangat bahagia. Tak perlu engkau mengatakannya kini dan saya harap engkau mengerti.

“So, bagaimana farah ??“ mba sinta bertanya padaku.
“Jika akhy rizal serius, sudah memikirkan dengan matang-matang” suaraku agak serak, saya sendiri tidak menyangka akan hal ini.
“Insya alloh....niat ini alloh ridhoi, ana ingin berguru menjadi wanita sholehah yang menaati suami yang alloh berikan untukku melalui murobbyahku” kata-kata itu keluar dan mulutku dengan spontan, dan saya sendiri terkejut. Itu artinya saya siap dan ingin bersamanya. Mereka tersenyum dan mengucapkan hamdallah. Termasuk rizal, saya tertunduk malu.
“Hmmmm....oke, tampaknya sudah terang untuk selanjutnya silahkan akh rizal atur untuk proses pengkhitbahan, tampaknya tak pentu masa ta’aruf lagi tohh...” Ucap akh hasan dengan begitu hening dan menyunggingkan senyuman . Aku dan rizal hanya tersenyum simpul. Mba sinta tampaknya memperhatikan garak-gerik kami yang tidak karuan ini.yaa robb, saya bahagia. Entah dengan akh rizal, saya harap dia juga ibarat itu dan tampaknya iya, terlihat dan raut wajahnya yang memerah.

Malam ini begitu indah, bintang-bintang dilangit sana seperti tau apa yang šedang kurasakan, bahagia. Hanya kami berempat yang tau kejadian tadi sore dan alloh yang menyaksikannya. Ummi tak segera kuberi tahu supaya nanti ia tahu sendiri ketika akh rizal tiba kerumah untuk mengkhitbah . Rasa lelah pun tiba-tiba hilang begitu sala, dan fikiran pun terasa tebih ringan. Tapi tampaknya saya tetah melupakan seseorang lebih tepatnya tenlupakan alasannya yaitu kebahagiaanku ketika ini .ukhtye, ratina, apa kabarnya la sekarang. Ah, lebih balk besok saya menjenguk kerumahhnya, kini saatnya saya memejamkan mata ter-tidur pulas dengan kebahagiaan yang sedang menerpaku.

***

Kebahagiaanku masih tertata dengan baik ingin rasanya saya bercerita pada ummi tapi biarlah  nanti saja dan bercerita pada ralina. Ralina, anti kenapa ? Sekarang ibarat ada sesuatu yang menghijab antara kita, saya rindu dengan canda tawa kita dengan kebersamaan kita dan dengan semuanya. Kuniatkan pagi ini untuk kerumah ralina sebelum kekampus. Dan tancap gas menuju perum anggrek, rumah ralina.

“Assalamu’alaikum..” Ucapku sambil mengetuk pintu, sama skali tak  ada jawabannya ku ulang lagi
“Assalamu’alaikum…” berharap ada orang yang menjawab salamku, tak usang sesudah itu terbuklah pintu rmah dengan ornament unikdan berdiri seorang  pria tegap, dengan rupa yang hamper ibarat dengan ralina. Yaa, akh akbar.kakak ralina satu-satunya yang akan menuntaskan strata 2 nya di salah satu universitas terkemuka di yogyakarta
“Waalaikumsalam..”Jawabnya singkat dengan senyum keramahan namun tidak ibarat biasanya ada sesuatu sepertinya
“Mmm…ralinanya ada ka ??Tanyaku

Ia membisu sebentar menundukan pandangannnya menarik nafas seperti ingin melepaskan suatu beban yang amat berat

“Ralin dirumah sakit !! “jawabnya dengan tenang,aku tercengang mengira semuanya baik-baik saja ternyata tidak.
“Innalillahi …sejak kapan ??”Tanyaku dengan masih sedikit tidak percaya.
“2 ahad yang lalu..dia koma, dan sekatang ana mau kesana, ikut??”

Segera saya mengangguk, dan sejurus kemudian kami berangkat menuju runmah sakit. Aku masih tidak percaya kenapa saya hingga tidak tahu ? Kenbapa saya begitu egois? Kenapa kau hanya sibuk dengan duniaku sendiri? ‘afwan ukhty sebagai sahabat saya sangat jahat. Selama perjalanan menuju rumah sakit saya hanya diam. Keheningan antara kami begitu terasa, hingga membuatku merasa semakin bersalah, keadaan sahabat sendiri pun tidak tau. Segera ku kurubah kehening ini.

“Selama itukah dia koma ??Aku bertanya dengan dengan pandangan kedepan dan tak terasa butiran-butiran air mataku meleleh dikeua pipiku. Akh akbar melihatku sebenbtar dan segera menjawabnya.
“Iyaa…” jawabnya, singkat.

Aku semakinn terisak, air yang keluar dari pelupuk mataku semakin deras, akh akbar menyikapiku dengan tenang

“sudahlah ini scenario alloh..”

Yaa robb rasanya saya sama sklai bukan sahabat yang baik bagi ralina. Aku sungguh egois ! Maafkan saya ralina, ighfirlii yaa robb.

***

Segala peralatan medis tertata denan baik di tubuh mungil ralina. Wajahnya pucat pasi tapi tetap terlihat anggun dengan balutan jilbab biru muda yang sepadan dengan warna baju rumah sakit yang ia kenakan . Diagnose dokter menyampaikan ralina terkena kanker otak stadium lanjut, syarafnya bermasalah. Innalillahi,mengapa ini tyerjadi pada sahabtk. 2 hari sesudah mengetahui keadaan ralina ibarat ini luputuskan untuk selalu menemaninya supaya skripsiku ku tunda lagi pula masih banyak waktuyang senggang dan dosen pembimbingku pun memahami keadaanku. Akh rizal belum mengetahui wacana ralina yang terbaring dirumah sakit ada baiknya ku beri tahu.

“Akh….ukhty ralin sakit”

Akh rizal merespond dengan sedikt khawatir

“2 jam lagi ralin akan di operasi”suara akh akbar yang gres saja keliau dari dalam kamar ralina yang mengagetkan lamunanku yang tengah duduk sendirian dideretan dingklik orange, sempurna sebelah kanan pintu
“O,yaa kemudian bagaimana keadaannya kini ?”
“Dia udah siuman, adakah yang ingin anti ungkapkan padanya?”
“Oh, tentu”

Segera kumasuki kamar rawat ralina yang sedang ditemani umminya. Infusnya masih tersambung ditangannya begitu juga dengan opname nya  bola matanya teratarah padaku yang akan menghamooirinya

“Farah” ralin angkat bicara dengan bunyi lirih
“Iyaa…” ku pegang tangannya, terasa hambar jari jemarinya yang ku genggam kuat. Ia mencoba membuka opnamenya dan segera kubantu untuk melepasnya, tak terasa kristal beningku terjatuh.
“Ana minta maaf, titip ikhwan yang slalu menemani usaha kita”

Ikhwan?? Kini kubaca apa maksud yang dulu pernah ia ceritakan . Yaa robbi mungkinkah ralina menyukai dia ?!

“Maaf, lebih baik waktu operasi dipercepat” bunyi dokter yang gres tiba menghentikan pembicaraan saya dan ralina, saya hanya mengangguk. Para suster segera membaewa ralina keruang operasi denan dingklik roda. Sementara aku, ummy dan akh akbar mengikuti langkah susuter yang membawa ralina.

Sebelum dokter masuk ruangan operasi, kutanyakan dfulu apakah operai ini akan berjalan denagnl ancar atau tidak. Dokter hanya menyampaikan insya alloh lancar namun kemungkinan besar ingatan yang tersisa hanya sedikit.

***

Setelah operasi berjalan lancar ralina di pindahkan ke ruang rawat semula. Ummy ralin dan akh akbar menemani ralina yang masih terbius obat penenang seusai operasi. Sementara saya duduk diluar menunggu seseorang yang haru ku beri tau wacana ralina.

“Ukh,,,,” bunyi yang taka sing di telingaku, segera kuarahkan bola mataku pada sumber bunyi yag ternyata sosok seorang ikhwan yang melanngkah mendekatiku, kusunggingkan senyuman padanya.
“Mmm..ijlis !”
“Tafadhol…bagaimana ralina??”
”Alhamdulilah operasi berjalan dengan baik tapi dia belum siuman  “
“Syukurlah…”
“O,yaa mengingat wacana rencana kita, ana rasa..”Kerongkonganku tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mengganjal, sedang akh rizal manunggu dengan sigap apa yangingin kukatakan
“Ana rasa itu tidakmungkin terjadi, kita batalkan !!”Tegasku, rasanya dada ini  sesak dan ingin meneteskan air mata,tapi kuurungkan niatku untuk meneteskan air mata.
“Menagapa?? Maksudnya ?? Ana ngga ngerti”tukasnya
“Ada seseorang yang lebih membutuhkanmu,”

Akh rizal menatapku dengan dalm sementara saya sendiri tertunduk

“Ekhmm,,,ralina siuman !”Suara akh akbar yang mengagetkanku, saya segera tercengkat dan memasuki kamar rawat.

Ralin tersadar, namun ada sesuatu yang  berbeda matanya membidik kesegala arah. Teruatama ummy nya

“Ummy..”Dengan bunyi lirihnya
“Iya sayang..” Denagn hening ummy nya menjawab
“Akh akbar..” Ralina kembali bersuara sembari mengingat-ingat kembali orang-orang yang bersejarah dihidupnya
“Akh…” ralin menatap rizal dan matanya sedikit menyipit
“Akh, rizal….”Dan alhamdulllah masih dia ingat nama seseorang  yang pernah hidup di hatinya.

Tinggal saya sendiri yang belum terabsen kenapa? Mungkinkah dia tidak ingat saya ?! Seorang sahabat yang pengecut, dan matanya mulai membidikku yang berdiri tegang disebelah alh rizal ku sunggingkan senyuman padanya.

“Dia siapa ?” Tanyanya. Sontak saya kaget, dia sama sekali tidak mengningatku, air mataku hampir membuncah yang sedari tadi kubendung. Kuberanikan berkata
“Akh rizal dialah orangnya” kutatap akh rizal dengan segala keyakinan dan memastikan dia untuk mengerti. Akh, rizal hanya mengernyitkan dahinya.
“Maaf saya permisi dulu…”ku melangkah meninggalkan ruangan ralina, supaya ku jelaskan nanti, siapa saya kepada ralina jikalau suasana nya benar-benar memungkinkan, namun ketika ini air mata ini benar-benar ingin terbuncah. Illahi yaa robb, sesungguhnya cinta terhadap sesama makhluk tidak berarti dibanding cinta terhadap mu yaa alloh. Aku ikhlash, alasannya yaitu scenario mu tidak pernah terduga dan slalu berujung indah. Aku percaya ! Aku percaya ada seseorang yang lebih baik yang alloh pilihkan untukku, engkau maha adil se-adil-adilnya pemberi ketetapan. Kutitipkan hatiku  pada mu supaya terjaga yaa alloh. Dan beri saya senyuman keikhlashan. ^_^

Profil Penulis:
Nama: latifah
Alamat: cipaki-ciamis
t.t.l:ciamis, 29 Agustus 1996
Alamat fb: latifah nurannisa Alqibthyyah
hobyy : menulis, membaca
"nafi'un lighoirihi"
Advertisement

Iklan Sidebar